Ratna Sarumpaet

TKN Jokowi-KH Ma'ruf Cetuskan 3 Oktober Jadi Hari Antihoax,

Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi‑Maruf menyerukan tanggal 3 Oktober sebagai hari peringatan antihoax nasional.

Editor: Iksan Fauzi
Tribunnews/Jeprima
Ketua TKN calon petahana Jokowi-KH Ma'ruf Amin, Erick Thohir memimpin rapat perdana pada Rabu (12/9/2019). 

SURYA.co.id | JAKARTA ‑ Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi‑Maruf menyerukan tanggal 3 Oktober sebagai hari peringatan antihoax nasional.

Hari antihoax demi menyikapi kasus mantan Tim Pemenangan Prabowo‑Sandiaga, Ratna Sarumpaet yang berbohong, 3 Oktober 2018.

Direktur Penggalangan Pemilih Perempuan TKN Jokowi‑Maruf Amin, Ida Fauziah mengatakan tanggal 3 Oktober bisa dijadikan pelajaran oleh masyarakat.

"Ini menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat dan ingin menjadikan tanggal 3 sebagai hari antihoax, karena dampaknya yang luar biasa," ucap Ida, Kamis (4/10/2018).

Menurut dia, ini bisa jadi pelajaran berharga.

Pasalnya, hoax itu hampir memutus persaudaraan.

"Karena dampak fitnah yang sangat luar biasa. Ini istilah yang saya kira sering kita dengar, tapi susah untuk menjalaninya," ungkap politisi PKB ini.

Sementara itu, Sekretaris TKN Jokowi‑Ma'ruf, Hasto Kristiyanto, memandang keinginan adanya hari hoax menunjukkan kemarahan masyarakat akan ulah Ratna Sarumpaet.

"Hal‑hal itu menunjukkan ekspresi kemuakan, kemarahan dari publik, termasuk dari masyarakat juga. Mereka bereaksi keras. Di tengah bencana muncul manipulasi kebohongan itu merupakan tindakan yang tidak bisa dibenarkan dalam cara apapun," kata Hasto.

Terutama, Wakil Ketua Umum TKN Abdul Kadir Karding, menyebut usulan itu bentuk ekspresi masyarakat, yang berpandangan hoax itu adalah musuh bersama.

"Betapa hoax itu sangat berbahaya bagi kehidupan kita. Termasuk kehidupan demokrasi kita, kehidupan berbangsa kita. Tentu sangat membahaya. Jadi kalau ada masyarakat yang ingin memperingati hari anti hoax nasional, itu ya enggak ada masalah, bagus juga," jelas Karding.

Dia berpendapat, dengan adanya hari anti hoaks nasional, bisa dijadikan momentum untuk merefleksikan diri.

"Supaya ada saat kita ada berefleksi, saat kita memiliki momentum, bahwa hoaks itu sekali lagi tidak penting dan berbahaya," tuturnya.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved