Single Focus

Riliv, Aplikasi Curhat bersama Psikolog Profesional, 50.000 Lebih Permasalahan telah Tertangani

Ketika berada di semester akhir, Audrey Maximillian Herli tecengang melihat gonjang-ganjing di media sosialnya.

Penulis: Delya Octovie | Editor: Parmin
surya/ahmad zaimul haq
APLIKASI CURHAT - Empat penggerak aplikasi Riliv, Co Founder & Marketing, Audy Herli, CEO, Audrey Maximillian Herli, Content Writer, Adismara Putri Pradiri, Digital Marketing, Handy Pratama saat ditemui di Koridor Coworking Space di Gedung Siola, Jumat (31/8). 

SURYA.co.id, SURABAYA - Ketika berada di semester akhir, Audrey Maximillian Herli tecengang melihat gonjang-ganjing di media sosialnya.

Angkatan 2011 Sistem Informasi Universitas Airlangga (Unair) tersebut melihat banyak kawannya menulis permasalahan pribadi mereka di Facebook dan Twitter.

"Kenapa kok menulisnya di media sosial, ya? Curhat-curhat tidak jelas. Bukannya masalah selesai, malah diberi 'like' atau stiker," ujarnya keheranan pada Surya ketika ditemui di KORIDOR, Gedung Siola, Surabaya, Jumat (31/8/2018).

Jika curhatan-curhatan tersebut berakhir dengan sebuah solusi, maupun sekadar kalimat-kalimat dukungan, mungkin pria kelahiran 13 Oktober 1992 itu tidak akan ambil pusing.

Namun, yang terjadi adalah orang-orang yang curhat online tersebut justru menjadi korban cyberbullying.

Maxi, panggilan akrabnya, kemudian melakukan riset singkat terkait fenomena ini, termasuk soal kesehatan mental.

Fakta yang ia temukan lebih mencengangkan lagi, karena dari data yang ia dapat, di Indonesia terdapat 17 juta orang dengan masalah pribadi menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan tiap 40 detik di dunia seseorang mengambil nyawanya sendiri akibat depresi menurut World Health Organization (WHO) 2016.

"Depresinya akibat kalau mereka ada masalah, bicara ke teman justru di-bully. Mau bicara ke psikolog, takut dikira gila," kata alumnus SMA Negeri 1 Sidoarjo ini.

Tercetus ide membuat wadah curhat tepat, privat, dan ditangani oleh psikolog profesional, yakni Riliv, dan diluncurkan tahun 2015.

Alih-alih menghabiskan waktu mengeluh di media sosial yang merupakan ruang publik, dan yang menanggapi juga bukan profesional, mereka yang sangat butuh didengarkan bisa melakukan curhat secara online di Riliv.

Curhat online tersebut dilakukan di aplikasi Riliv, yang bisa diunduh di Google Play Store.

"Jumlah psikolog di Indonesia tidak banyak, dan orang yang punya masalah pribadi juga tidak punya akses ke expert. Mereka kalau ada masalah tidak tahu harus ke mana," jelasnya.

Terdapat 40 psikolog profesional dari kota-kota besar Indonesia yang berlisensi, bertugas menangani semua curhatan pelanggan Riliv.

Jika ingin mengetahui lebih banyak soal Riliv termasuk biaya konseling, bisa melihat penjelasan di website Riliv.co terlebih dahulu.

Namun jika ingin langsung konsultasi, bisa langsung mengunduh aplikasi Riliv.

Konseling pertama bisa dilakukan secara gratis.

Bila ingin curhat lagi, dan psikolog terkadang menyarankan lebih dari satu kali konseling sesuai permasalahan yang dihadapi, bisa memilih di antara empat paket.

Paket termahal adalah Paket Perkenalan yakni Rp 100.000 untuk satu kali konseling yang berlaku selama satu jam, lalu Paket Lega Rp 87.500 per sesi untuk empat kali konseling selama satu jam, Paket Nyaman Rp 88.000 per sesi untuk delapan kali konseling selama satu jam, dan Paket Bahagia Rp 77.000 per sesi untuk 12 kali konseling selama satu jam.

"80% orang yang pertama kali curhat di Riliv, itu ya pertama kali mereka interaksi dengan psikolog. Jadi aplikasi ini membuat mereka menjadi lebih berani. Kebanyakan user 60%-70% perempuan, mahasiswa dan dewasa awal. Rata-rata permasalahan terbesar percintaan, kuliah, social anxiety, keluarga broken home, dan lain-lain," jelasnya.

Ketika baru pertama kali diluncurkan, hanya belasan orang yang menggunakan jasa Riliv, yakni mahasiswa Psikologi UNAIR.

Saat ini, sudah lebih dari 50.000 permasalahan berasal dari hampir seluruh Indonesia, ditangani Riliv.

"Kami tidak menjanjikan hal muluk-muluk. Online counseling ini lebih ke memudahkan orang memberikan akses ke psikolog untuk terapi. Kalau mau konseling yang lebih dalam, bisa langsung ke tempat psikolognya," katanya.

Kedepan, Maxi berharap Riliv bisa membantu menjadi destinasi curhat tepat tak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain, seperti Singapura dan Malaysia.

Meski bertujuan go international, Maxi berharap bisa tetap menggunakan psikolog Indonesia.

"Tentu ada rencana go bigger. Secara impact bisa makin besar, bisnis juga makin besar. Kalau bisa tetap pakai psikolog lokal jika memungkinkan," tandasnya. (del)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved