Ekonomi Bisnis

BI Jatim Dorong Beras Organik Bondowoso Masuk Pasar Ekspor, Ini Tujuannya

Beras organik asal Bondowoso ini yang paling siap ekspor adalah beras organik produksi Gapoktan Al Barokah

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy
surya/sri handi lestari
Aneka produk hasil Gapoktan Al Barokah, Desa Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Bondowoso, yang tidak hanya mengolah beras organik siap ekspor, tapi juga produk olahan lainnya yang bisa menjadi nilai tambah bagi produk saat dipasarkan. 

SURYA.co.id | BONDOWOSO - Klaster beras organik di Desa Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Bondowoso, saat ini didorong untuk segera masuk ke pasar ekspor. Langkah ini dilakukan Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan (KPw) Jawa Timur bersama BI KPw Jember untuk mendorong peningkatan ekspor sebagai salah satu langkah menaikkan cadangan devisa negara.

Diketahui bila kenaikan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah yang pada beberapa waktu terakhir ini, cukup membuat cadangan devisa negara minus 3 persen dari PDRB.

"Langkah peningkatan ekspor sudah menjadi target untuk mengatasi masalah ini. Salah satunya yang kami dorong adalah beras organik asal Bondowoso ini," jelas Harmanta, Kepala Grup BI Jatim, Kamis (23/8/2018).

Beras organik asal Bondowoso ini yang paling siap ekspor adalah beras organik produksi Gapoktan Al Barokah dari Desa Lombok Kulon Kecamatan Wonosari.

Hal itu tak lepas dari produk beras organik ini yang sudah mendapatkan sertifikat internasional, sehingga kualitasnya bisa sejajar dengan beras-beras dari negara lain.

Sertifikasi itu berasal dari Control Union pada Maret 2018 lalu. Untuk menuju pasar internasional itu, Gapoktan Al Barokah sudah mengirimkan contoh produk ke Hongaria dan Belgia.

Diprediksi akhir tahun ini ekspor ini sudah bisa dilakukan. Minimal 25 ton untuk sekali ekspor.

Pendamping pertanian organik, Prof Indar Prihatini dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengatakan untuk menuju ke pasar internasional memang banyak hal yang perlu dipenuhi.

"Salah satunya adalah sumber air. Pasar Jepang saja tidak akan mau menerima beras organik dari satu negara jika tidak dihasilkan daerah yang menjadi pusat sumber air," kata Indar.

Desa Lombok Kulon Kecamatan Wonosari kabupaten Bondowoso ini sudah punya modal karena berada di daerah pusat sumber air.

Namun itu saja tidak cukup. Indar mengatakan lahan tersebut harus disertifikasi internasional.

"Dengan sertifikasi itu, nantinya apapun yang dihasilkan di atas lahan itu bisa diklaim sebagai hasil pertanian organik," tambahnya.

Saat ini, lahan di Kabupaten Bondowoso itu baru 20 hektar yang lolos sertifikasi internasional dari 160 hektar lahan pertanian organik ini, sehingga produk yang bisa diekspor hanya dari lahan yang sudah disertifikasi.

"Tapi lagi-lagi pasar internasional itu detail. Walau lahan sudah disertifikasi tapi ada hal lain yang dinilai. Ada residunya, hingga sumber daya manusianya. Diperiksa hingga ke rumah tangga petani itu sendiri. Di rumahnya diperiksa apa masih ada pupuk kimia atau tidak. Kalau masih ditemukan kimia maka jangan berharap bisa lolos sertifikasi internasional," ungkap Indar.

Halaman
12
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved