Berita Entertainment
Kaesang Pangarep Dikompori Agar Melempar Orang yang Mencacinya Soal Puasa, ini Balasannya
Gibran Rakabuming dan Kaesang Pangarep menjadi sasaran empuk para pembenci (haters) Jokowi untuk mencaci di media sosial.
SURYA.co.id - Menjelang pemilihan presiden 2019, bullyan semakin gencar dilancarkan ke keluarga Presiden Jokowi.
Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep menjadi sasaran empuk para pembenci (haters) Jokowi untuk mencaci di media sosial.
Bullyan itu tak hanya masalah politik, untuk urusan kecil dan tak masuk akal pun kerap dilayangkan ke mereka.
Seperti ketika pasangan Jokowi dan Ma'ruf Amin tengah melakukan tes kesehatan beberapa waktu lalu.
Dalam sebuah berita online, Jokowi mengaku harus berpuasa mulai malam untuk bisa mengikuti tes ini.
Sementara di berita lain, Kaesang mengungkapkan sarapan Jokowi saat tes ini adalah Sang Pisang, produk makanan miliknya.
Kontan, pengakuan Kaesang ini langsung banjir cacian.
"Makan PISANG itu tak membatalkan puasa. Kalau ga percaya tanya sama si @kaesangp ...," cuit @ardi_riau.
Cuitan ini pun ramai dikomentari.
Ironisnya, banyak yang ikut-ikutan membully Kaesang.
"mang @kaesangp muslim ya?tnya aja loh.
kbnykn bacot mikir gigi nya menyong gitu," cuit @Sangg_Kodok.
Sejumlah netizen tampak membela Kaesang dengan menjelaskan arti puasa untuk medical cek up.
"Kalau cek kesehatan memang puasa mulai jam 10 malam s/d pengambilan darah pertama, setelah itu sarapan untuk pengambilan darah kedua setelah 2 jam sarapan, gunanya utk mengetahui kadar gula darah saat puasa dan setelah makan... begitu loh aturannya," tulisnya.
Tetapi, para haters ini terus saja membully putera bungsu Jokowi.
@Sangg_Kodok: halloo kaesang putra presiden yg brkuasa...
seorang putra presiden aja g tau klu puasa itu g boleh makan pa apa...ah hnya lelucon pasti alasan.kan bgtu...
Karena jengah, Kaesang akhirnya membalas bullyan itu.
"Maksud saya itu sarapan setelah pengambilan darah pertama. HIDUP SANG PISANG," tulisnya.
Melihat bullyan yang tak masuk akal, sejumlah netizen ada yang ngompori Kaesang untuk mengambil tindakan tegas.
"Orang tolol ga ngerti bedanya puasa ibadah sama puasa medis berusaha membuat gorengan," tulis @drosantoz.
Bukannya panas, Kaesang malah meminta netizen untuk bersabar.
"Tidak boleh ngomong kasar pak, harus adem," tulis Kaesang.
Lalu @jakasekatekate menulis: hhh lempar pisang aja kl ada org kea gt, mas!! #sangpisangftw
Dan kali ini Kaesang balik membalasnya dengan guyonan.
"Gak boleh begitu. Daripada di lempar, mending saya olah menjadi SANG PISANG," balasnya.
Tak Berprestasi
Sebelumnya, Kaesang Pangarep diolok-olok tak mempunyai prestasi oleh seorang netizen.
Bukannya marah, Kaesang Pangarep justru membalasnya dengan santai dan malah mempromosikan usaha kulinernya.
Pada Rabu (15/8/2018), Kaesang mendapat komentar tak mengenakkan dari seorang warganet dengan akun @Boru50371 di twitter.
Admin akun tersebut menyebut Kaesang tak perlu dihargai lantaran tak memiliki prestasi.
"Orang kaya kaesang g prlu di hargai.g ada ko prestasinya," demikian cuitnya.
Lantas apa jawaban Kaesang atas komentar warganet itu?
Kaesang pun menjawab dengan santai.
Ia mengatakan tidak masalah warganet itu tidak menghargai dirinya.
Namun demikian, ia meminta warganet dengan akun Ratna Suminar itu menghargai produk milik Kaesang yang dijual dengan harga mulai Rp 25 ribu.
"Siap, memang tidak perlu kok ibu menghargai saya. Yang penting saya bisa menghargai produk Sang Pisang saya yang dimulai dari harga 25rb," jawab Kaesang di akun twitternya yang tercentang biru.
Kaesang Pangarep adalah putra bungsu Jokowi, lahir di Solo, 25 Desember 1994; umur 23 tahun.
Ia memulai pendidikan dasar di SD Negeri 16 Mangkubumen Kidul, Laweyan, Solo, seperti juga kakaknya.
Kemudian ia melanjutkan SMA di Singapura, Anglo-Chinese School International dengan program studi International Baccalaureat.
Setelahnya ia berkuliah di Singapore Institute of Management University.
Ia kini menjadi pengusaha makanan.
Kaesang Pangarep berbagi kiat sukses berwiraswasta
Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden RI Joko Widodo pernah berbagi kisah menjadi wirausaha ke para mahasiswa Malang di hall Universitas Brawijaya (UB) TV, Jumat (18/5/2018).
Kedatangannya ke UB juga ke UM (Universitas Negeri Malang) menjadi rangkaian kegiatannya membuka cabang baru ke 21 Sang Pisang di JL Soekarno Hatta Malang pada Sabtu (19/5/2018).
Datang ke UB, Kaesang tanpa pengawalan ketat ke acara Dare To Be Entrepreneur.
Ia masuk ke hall bersama Rektor UB, Prof Dr Ir M Bisri MS bersama Wakil Rektor III Prof Dr Ir Arief Prajitno MS.
Sedang ratusan mahasiswa sudah menunggu kisah inspirasinya. Sebagai narasumber, Kaesang orang yang tenang.
Namun ia berusaha mencairkan suasana dengan bercanda sebagaimana di vlognya.
Ia berbicara di panggung dengan berdiri dan dibantu media yang menggambarkan kiprah bisnisnya.
Kaesang menggambarkan dirinya orang bosenan.
Apalagi jika tidak ada tantangan baru. Usaha yang dirintisnya ada lima, seperti kaos dan kuliner.
"Sejak TK sampai SMP saya didoktrin jadi penerus usaha mebel ayah saya. Tapi doktrinya tidak berhasil. Saya malah jualan pisang goreng," tutur Kaesang ketika menjawab pertanyaan apakah ia sudah wirausaha sejak kecil atau setelah dewasa.

Karena lokasi usaha ayahnya dekat rumah, maka ia kerap membantu mengamplas kayu, membersihkan dll.
"Saya wajib membantu ortu tapi juga minta bayaran ke bapak," cerita Kaesang disambut tawa peserta.
Dikatakan dia, jika ingin wirausaha, maka yang penting niatnya dulu.
Semua harus berusaha giat. "Kalau kerja ogah-ogahan maka perusahaan akan gitu-gitu aja," paparnya.
Ia mencontohkan usaha rintisannya yang masih kecil.
Seperti Sang Pisang yang harus keluar terus. Begitu juga pengorbanan dari kuliahnya.
"Tapi seiring waktu, apa yang kita korbankan bisa ada hasilnya. Membangun perusahaan itu sulit," paparnya.
Ia mencontohkan Ari, Managing Director Sang Pisang yang awalnya harus mengangkut pisang sendiri, tepung, toping. Semua dilakukan sendiri.
Tapi semua dilalui karena ada prosesnya. "Perusahaan tidak ada yang instan. Bahkan dalam wirausaha tidak ada jaminan 100 persen berhasil," kata dia.
Dari acara itu, ada beberapa mahasiswa menanyakan kepadanya misalkan apakah penerima pegawai difabel.
Ini ditanyakan Ifa, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya UB yang tuna rungu.
"Kalau di cabang Malang belum. Di Bali sudah ada karena ada yang melamar. Kami tidak mencari seperti ini dan itu. Namun mencari yang sesuai kualifikasi," jelas Kaesang.
Dikatakan Kaesang, karena ia masih kuliah, maka usahanya juga dibantu teman-temannya sehingga roda usaha tetap berjalan.