Kampung Siwalan Kerto
Kampung Asem Growo, Setiap Peringatan HUT RI Warga Gelar Tradisi Unik, begini Bentuknya
Sebuah pohon asem Jawa tumbuh dan menjulang tinggi 5 meter di depan gapura pintu masuk kampung Siwalankerto RT 7/RW 5 Kelurahan Siwalankerto.
Penulis: Danendra Kusumawardana | Editor: Parmin
SURYA.co.id | SURABAYA - Sebuah pohon asem Jawa tumbuh dan menjulang tinggi 5 meter di depan gapura pintu masuk kampung Siwalankerto RT 7/RW 5 Kelurahan Siwalankerto, Kecamatan Wonocolo, Surabaya. Pohon asem Jawa itu telah berdiri kokoh sejak 500 tahun silam.
Sukarman selaku ketua RT 7 mengatakan, pohon Asem Jawa yang tumbuh dipemukiman yang ia pimpin memiliki keunikan tersendiri. Keunikannya terletak pada lubang di bagian tengah pohon.
"Pohon asem yang berlubang susah dijumpai. Sepertinya cuma ada di Siwalankerto saja," klaimnya.
Lubang yang berada di pohon itu berdiameter sekira 120 cm. cukup dimasuki oleh satu orang anak. Dari situlah pohon asem itu diberi nama oleh warga 'Asem Growo' yang sekaligus menjadi julukan kampung.
"Kampung Siwalankerto 3 dijuluki Asem Growo karena pohon itu tumbuh di dekat permukiman kami. 'Growo' itu bahasa Jawanya lubang," ujarnya.
Ketua RT yang menjabat selama empat periode itu megungkapkan, kampung Asem Growo memiliki tradisi unik. Setiap memperingati hari kemerdekaan Indonesia, warganya akan mengikatkan bendera Merah Putih di atas pohon.
Untuk mencapai atas pohon, mereka harus melintas melalui lubang itu. Di dalam lubang terdapat akar-akaran yang dijadikan warga sebagai tumpuan saat memanjat.
"Mereka memanjat pohon setelah masuk kedalam lubang itu. Tradisi ini sudah ada sejak belasan tahun yang lalu, hingga sekarang kami masih melakukannya," ungkap Sukarman.
Tradisi itu bukanlah satu-satunya daya tarik kampung Siwalankerto gang 3. Setelah masuk lebih dalam area kampung, ratusan tanaman berjajar di setiap halaman depan rumah warga. Tanaman yang tumbuh dihalaman rumah warga memeliki beberapa jenis. Dari hasil pantauan, yang paling mendominasi adalah pohon mangga dan belimbing. Hampir seluruh warga menanamnya.
"Pohon mangga sama belimbing kan bisa tumbuh tinggi dan memberikan nuansa sejuk. Karena bisa menghalangi pancaran sinar matahari agar tak langsung memasuki rumah. Buahnya pun bisa dikonsumsi," jelasnya.
Lebih lanjut, Sukarman menceritakan, bahwa penghijauan kampung dilakukan oleh warga di tahun 2010. Setiap bulan warga yang terbagi menjadi 10 kelompok wajib menanam 10 batang pohon. Penanaman pohon dilakukan secara gotong-royong dan swadaya.
"Warga membeli 10 pohon secara kolektif. Mereka menanamnya saat kerja bakti. Kami juga menerapkan peraturan jika warganya ketahuan tak hadir akan dikenai denda Rp 50.000," ujarnya.
Sukarman menerangkan, uang denda tersebut akan dikumpulkan dan diputar lagi untuk membeli tanaman. Namun, Sukarman mengaku warga Siwalankerto gang 3 sangat kompak. Hanya sekali dua kali saja melanggar peraturan itu. Pada bulan selanjutnya, mereka datang mengikuti kerja bakti penghijauan.
"Antusias warga untuk melakukan penghijauan kampung sangat besar. Rencananya kedepan ada program penanaman toga di setiap rumah warga," terangnya.
Warga Siwalankerto gang 3 bernama Sulis Endayani mengatakan, sebelum menjadi hijau seperti saat ini, kampungnya gersang dan panas. Sebab tak ada warga yang menanam tanaman.