Berita Surabaya

Genjot Program T-200, PTPN X Dorong Pencapaian Target Swasembada Gula Nasional

Program T-200 dilatarbelakangi oleh keterbatasan lahan pengembangan sehingga intensifikasi budidaya tebu mutlak harus dilakukan.

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy
surya/sri handi lestari
Direktur Tanaman Semusim Holding Perkebunan M Cholidi (kanan) dan Direktur Utama PTPN X, Dwi Satriyo Annurogo (tengah) saat tebang perdana di kebun tebu Kendal, Krian, Sidoarjo, Sabtu (23/6/2018). 

SURYA.co.id | SIDOARJO - PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X melakukan upaya on farm dengan meningkatkan produktivitas tebu melalui program T-200. Program ini merupakan penerapan demoplot guna mencapai produksi tebu 200 ton per hektar.

Direktur Utama PTPN X, Dwi Satriyo Annurogo, mengatakan melalui program yang diterapkan di 24 kebun tebu tersebar di 10 Pabrik Gula (PG) dibawah PTPN X itu telah hampir mencapai target.

"Dengan luas lahan sekitar 209.675 hektar ini, hasil taksasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa produksi tebu di lahan tersebut rata-rata telah mencapai 180 ton per hektar. Bahkan, yang di Ubinan berhasil mencapai 207 ton per hektar," jelas Dwi Satriyo, disela kegiatan tebang perdana di kebun Kendal, Krian, Sidoarjo, yang dihadiri oleh M Cholidi, Direktur Tanaman Semusim Holding Perkebunan, Sabtu (23/6/2018).

Dwi menyebutkan program T-200 bukan persoalan yang mustahil, dan sudah tercapai. Jika sekarang rata-rata produktivitas tebu di lahan petani PTPN X masih sekitar 70 ton per hektar, maka panen di lahan percontohan ini sudah menunjukkan adanya peningkatan sekitar tiga kali lipat.

"Kalau gerakan ini bisa diperluas ke seluruh petani yang ada PTPN X, maka cita-cita swasembada gula bukan angan-angan lagi,” sambungnya.

Dwi mencontohkan, bila diambil rata-rata 100 ton per hektar dengan rendemen 8 persen, maka langkah ini bisa meningkatkan produksi gula hingga 30 persen. Dengan budidaya dan tata kelola yang benar, itu bisa.

"Kami benahi budidayanya, tanamannya maka hasil akan mengikuti karena gula dihasilkan bukan dari pabrik,” lanjutnya.

Program T-200 dilatarbelakangi oleh keterbatasan lahan pengembangan sehingga intensifikasi budidaya tebu mutlak harus dilakukan.

Melalui program ini, sasaran utama yang ingin dicapai adalah terwujudnya regrouping areal, penerapan teknologi mekanisasi dan pencapaian produktivitas tebu 200 ton per hektar dalam kurun waktu tiga tahun.

Ada empat faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan intensifikasi tanaman tebu. Pertama tentang pola tanam, mulai dari pengolahan lahan hingga pemilihan bibit atau varietas dan berapa kali pengeprasan tebu dilakukan.

Yang kedua pemberian pupuk tepat waktu, ketiga menjaga dari gangguan drainase dan ketersediaan air. Keempat merupakan faktor yang membuat program T-200 berhasil dilakukan, salah satunya di lahan tebu Kebun Kendal, Krian, Sidoarjo.

Hasil analisa awal pada tebu varietas Bululawang (BL) di Kebun ini menunjukkan pencapaian rendemen tinggi dengan angka Brix rata-rata 18,62 persen. Sedangkan produktivitasnya mencapai 180 ton per hektar.

“Ke depan, program ini akan terus kami kembangkan, tidak hanya di lahan milik PG tetapi juga seluruh lahan tebu milik petani. Saat ini yang melakukan baru mencapai 10 persen dari total lahan di wilayah PTPN X. Tahun depan kami targetkan bisa mencapai 19 persen dan di 2020 mencapai 25 persen,” ungkap Dwi.

Direktur Tanaman Semusim Holding Perkebunan, M Cholidi, menambahkan upaya intensifikasi yang dilakukan PTPN X ini harus mendapatkan support dan perhatian karena program ini akan sangat menentukan keberhasilan peningkatan produktivitas tebu nasional.

“Kami dari Holding juga mendorong dengan melaksanakan proyek 10 ton gula per hektar (P10H), dari 100 ton per hektar tebu dikalikan 10 rendemen atau 110 ton tebu dikalikan 9 rendemen atau 120 ton kali 8,5, mana yang bisa dijangkau. Tetapi 10 ton per hektar ini harus segera diviralkan. Kalau sekarang masih 80 ton per hektar dengan rendemen 8, itu masih 6,4 protas, tetap belum bisa menyaingi Thailand,” imbuh Cholidi.

Sebenarnya, Indonesia bisa bersaing dengan produksi gula di luar negeri. Bahkan jika gerakan seperti ini dilakukan secara massal akan mudah Indonesia mengalahkan produksi mereka.

Jika produktivitas bisa ditingkatkan 100 ton per hektar dengan rendemen 8,5 maka Indonesia sudah bisa mengalahkan Thailand, karena produktivitas di Thailand maksimal 75 ton per hektar dengan rendemen 10 hingga 11.

“Jika kita bisa menanam 100 ton per hektar, maka kita bisa kalahkan Thailand. Yang harus dilakukan adalah memperbanyak gerakan proyek rintisan seperti ini agar petani mau kembali fokus mengolah tanah yang subur untuk mendapatkan hasil yang maksimal,” ungkap Cholidi.

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved