Berita Entertainment
Mbak Tutut Ungkap Situasi di Rumahnya Jelang Soeharto Lengser, 'Bapak Kami Melarang Dendam'
Tepat tanggal 21 Mei 1998, presiden ke-2 Republik Indonesia Soeharto menyatakan berhenti dari jabatan yang telah dipegangnya selama 32 tahun.
SURYA.co.id - Tanggal 21 Mei, 20 tahun silam, menjadi hari bersejarah bagi bangsa Indonesia.
Tepat tanggal 21 Mei 1998, presiden ke-2 Republik Indonesia Soeharto menyatakan berhenti dari jabatan yang telah dipegangnya selama 32 tahun.
Jabatan Presiden RI kemudian dipegang wakilnya, BJ Habibie.
Baca: Bocah Penghina Presiden Jokowi Anak Konglomerat Tajir? Andi Arief Sebut Ada Perlakuan Beda
Baca: Kisah Veri AFI: Dikontrak TV, Jualan Nasi Goreng, Kini Eksis Lagi, Penampilannya Berubah Total
Keputusan mundur diambil Soeharto setelah ada desakan luar biasa dari masyarakat, mahasiswa dan politisi.
Tidak banyak yang tahu, malam sebelum mengambil keputusan berat itu sempat ada pertentangan dari anak-anak Soeharto.
Putri sulung Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana mengungkapkan hal itu dalam tulisan berjudul 'Bapak Kami Melarang Dendam' yang diunggah di blog pribadinya, Senin (21/5/2018) .
Baca: Cerita Sedih di Balik Foto Lama Mbak Tutut dan Mantan Presiden Soeharto, Lihat Jas yang Dipakai!
Baca: 20 Tahun Reformasi: Kekecewaan Soeharto Pada Habibie Hingga Enggan Bertemu, Ternyata Ada Alasannya!
Baca: Percuma Fans Perang, Via Vallen dan Ayu Ting Ting Ternyata Berteman Sejak Sebelum Terkenal
Baca: Dihabisi Dewi Perssik di Medsos, Angga Wijaya Lancarkan Rayuan Maut, Ternyata ini Biang Kisruhnya
Diceritakan Mbak Tutut, pada saat Soeharto memutuskan berhenti dari jabatan Presiden, dia memanggil anak-anaknya.
"Kami terus terang pada saat itu agak tidak rela kenapa bapak yang sudah bekerja seluruh hidupnya untuk bangsa dan negara ini diperlakukan demikian.
Kami memohon bapak untuk menunda dulu keputusan beliau," tulis Mbak Tutut.

Baca: Tujuh Tanggapan Tak Terduga Mahfud MD Soal Pro & Kontra 200 Daftar Mubaligh Rekomendasi Kemenag
Soeharto lalu bertanya alasan anak-anaknya menolak keputusannya.
Menurut Mbak Tutut, saat itu dia dan adik-adiknya beranggapan pendukung bapaknya masih banyak sekali dan siap maju.
Mereka juga siap turun ke jalan melawan demonstrasi yang saat itu berlangsung.
Hal itu dilakukan untuk menunjukkan bahwa Soeharto tidak bersalah dan dia tidak sendiri karena masih banyak rakyat yang loyal.
Lalu, meluncurlah kalimat bijaksana dari Soeharto.
“Sadarkah kalian setelah mereka (pendukungmu/yang mendukung Bapak) turun ke jalan, akan banyak lagi korban.
Tidak!!!!
Bapak tidak mau itu terjadi, hanya untuk mempertahankan kedudukan bapak dan semakin banyak lagi korban akan berjatuhan.
Lebih baik bapak berhenti, kalau memang sudah tidak dikehendaki untuk menjadi Presiden.
Kalian harus merelakan semua ini. Percayalah bahwa Allah tidak tidur.
Dan satu hal bapak minta pada kalian semua, jangan ada yang dendam dengan kejadian ini, dan jangan ada yang melakukan balas dendam, karena dendam tidak akan menyelesaikan masalah.”
Ucapan Soeharto ini membuat anak-anaknya terdiam.
“Lagi pula kalau kamu balas dendam, belum tentu akan mengubah hidup kalian jadi lebih baik, yang ada malah mereka yang kalian balas itu belum tentu juga mau menerima, dan mereka akan membalas lagi.
Masalahpun tidak terselesaikan, malah yang terjadi permusuhan berkepenjangan, sampai kapan, tak ada yang tau.
Bersabarlah anak-anakku, karena orang sabar disayang Allah,” ucap Soeharto kala itu yang ditulis lagi oleh Mbak Tutut.

Baca: Roy Kiyoshi Ungkap Sosok Wanita di Kehidupan Raffi Ahmad, Tapi Raffi Tak Mau Sebut Nama, Siapa?
Baca: Foto-foto Ustaz Abdul Somad Saat Masih Muda, Gaya Rambutnya Masih Keren di Zamannya!
Tulisan Mbak Tutut ini mendapat apresiasi netizen.
A Linggar Lelana: Setuju mbak, dendam gak akan pernah menyelesaikan masalah. Semoga, almarhum Bapak Presiden RI ke 2 HM Soeharto mendapatkan tempat yang terbaik disisi Nya dan diterima amal kebaikannya, Amiiin YRA… Presiden RI Jenderal Besar HM Soeharto is the best, is good n is number one…
Dadang Saiful Rahman: Kami rindu sosok pemimpin negeri seperti Eyang. Saat ini sulit sudah untuk mendapatkan figur sepertinya . Kami merasakan sangat tenang mudah nyari kerja. Aman dalam kehidupan.
Aris Setyawan : Sabar mbak Tutut dan keluarga..betul kata beliau Pak Harto Alloh tidak tidur, waktu perlahan membuktikan (bagi orang2 cerdas) sejarah sekarang perlahan tapi pasti Pak Harto pemimpin terbaik bagi Indonesia..
Tak Mau Bertemu Habibie
Saat masih menjabat, hubungan Soehato dan BJ Habibie sangat harmonis.
Soeharto-lah yang membawa si jenius ini kembali ke tanah air.
Namun, usai lengser dari kursi presiden hubungan keduanya sangat dingin. Bahkan Soeharto selalu menolak bertemu Habibie.
Pada 9 Juni 1998, Habibie sempat berbicara melalui telepon, untuk mengucapkan selamat ulang tahun yang ke 77 kepada Soeharto serta berniat menemuinya.
Namun, pemimpin Orde Baru itu menolaknya.
Dikutip oleh Grid.ID dari historia.id (21/05/2018),
"Tidak menguntungkan bagi keadaan sekarang, jikalau saya bertemu dengan Habibie.
Laksanakan tugasmu dengan baik, saya hanya dapat melaksanakan tugas sampai di sini saja.
Saya sudah tua", kata Soeharto.
Semenjak itu, Soeharto tidak pernah mau menemui Habibie lagi.
Habibie juga mengatakan kalau sampai di akhir tugasnya sebagai presiden, ia tidak pernah berhasil menemui Soeharto, meski bermacam cara telah dilakukan.
"Sampai saat berakhir tugas saya sebagai presiden, walaupun saya selalu berusaha lewat berbagai jalur, saya tidak pernah berhasil bersilaturahim dengan Pak Harto, baik lewat telepon, apalagi bertemu langsung", ungkap Habibie.
Habibie meyakini di balk sikap misterius Soeharto itu, ada alasan tersendiri mengapa ia tak pernah mau menemui Habibie.
Habibie juga menyatakan, sejarah yang akan mengungkap teka-teki kemisteriusan Soeharto.

Baca: Tak Peduli Adara Mengidap Kanker Kulit, Ternyata Ini Alasan Rasyid Rajasa Tetap Mau Menikahinya
Baca: Heboh Perang Dewi Perssik & Angga Wijaya di Medsos, Pantaskah Pasangan Bertengkar di Media Sosial?
Pada 2010, adik Soeharto yang bernama Probosutedjo menerbitkan memoarnya yang bertajuk "Saya dan Mas Harto", karya Alberthiene Endah.
Di dalam memoar itu terungkap alasan mengapa Soeharto tidak mau bertemu dengan Habibie.
Menurut Probosutedjo, pada 19 Mei 1998 malam, Habibie sudah menemui Soeharto untuk mendiskusikan tentang perkembangan situasi yang saat itu sedang terjadi.
Awalnya, Habibie menyatakan jika dirinya tidak sanggup menjadi presiden jika Soeharto mundur.
Namun, setelah 14 menteri mengundurkan diri pada malam 20 Mei 1998, Habibie menyatakan jika dirinya sanggup menjadi pengganti Soeharto.
Kisah jatuhnya rezim Orde Baru pada 20 tahun lalu memang tidak bisa dilepaskan dari adanya aksi penolakan 14 menteri terhadap rencana Presiden Soeharto yang terjadi pada 20 Mei 1998.
Dikutip oleh Grid.ID dari Kompas (20/05/2018), bahwa Saat itu 14 menteri di bawah komando Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Keuangan dan Industri, Ginandjar Kartasasmita menolak terlibat dalam Komite Reformasi atau Kabinet Reformasi hasil reshuffle.
Probosutedjo mengatakan jika pada saat itu Soeharto sangat kaget dengan pernyataan Habibie.
"Ini membuat kakak saya menjadi sangat kecewa. Hari itu juga dia memutuskan untuk tidak menegur atau berbicara dengan Habibie. Kabarnya, malam itu Habibie menghubungi Mas Harto lewat telepon, tapi Mas Harto enggan bicara", kata Probosutedjo.
Baca: Pemuda yang Hina Jokowi Lewat Video Akhirnya Ditangkap, Masih Dibawah Umur & Mengaku Hanya Bercanda
Baca: Nia Ramadhani Dipermalukan di Depan Umum Usai Ngaku Wanita Tercantik & Tak Pernah Disakiti
Baca: Salah Satu ART Ashanty Beberkan Percakapan di Group Whatsapp-nya, Majikannya Udah Kayak Teman Akrab!
Kekecewaan kedua Soeharto pada Habibie mengenai keputusan Habibie yang telah memberikan referendum kepada Timor Timur yang malah membuat provinsi tersebut lepas dari Indonesia.
Probosutedjo mengaku melihat kemarahan dari sorot mata Soeharto atas keputusan Habibie ini.
Tak hanya itu, masih ada kekecewaan ketiga yang dirasakan Soeharto terhadap Habibie.
Kekecewaan ketiga Soeharto pada Habibie diduga karena Habibie menyetujui pengusutan kasus korupsi yang dilakukan oleh Soeharto selama berkuasa.
Pemerintah kemudian mengusut mantan Presiden RI ke dua itu yang ditetapkan dalam TAP MPR No XI/MPR/1998 tentang penyelanggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
"Baginya, itu adalah sebuah penghinaan besar. Pengadilan terhadap Mas Harto terus dilakukan dan Habibie membiarkan hal itu terjadi", kata Probosutedjo.
Baca: Ayu Ting Ting Tampil Menggoda, Netizen Sampai Bertengkar Gegara Masalah Ini
Baca: Boneka Cantik & Seksi Nikita Mirzani Ini Mahal Tapi Dijamin Bikin Puas, Sekilas Mirip Aslinya!
Baca: ART Ashanty-Anang Pamer Belanja Bulanan Rumah hingga Chat Grup Mereka, Netizen Dibuat Melongo
Baca: Waktu Pencairan THR dan Gaji 13 PNS 2018, Berikut Rincian Jumlah dan Tanggalnya oleh Jokowi