Berita Sidoarjo
Kiai Sholeh Qosim Wafat saat Sujud Salat Magrib dan Tangan Masih Menggenggam Tasbih
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ismailiyah Ngelom, Sepanjang, Sidoarjo, KH Sholeh Qosim wafat dalam kondisi sujud saat salat magrib.
“Yang boleh masuk hanya keluarga,” terang seorang anggota Banser.
Terdengar suara lantunan ayat suci alquran menggema di Masjid Bahauddin yang ada di sekitar pondok.
Sebagian para pelayat juga memenuhi Masjid Bahauddin.
KH Qosim adalah ulama karismatik NU sekaligus saksi perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Kiai yang lahir pada 1930 ini juga menjabat sebagai Ketua Yayasan Bahauddin Ngelom, Sidoarjo, namun dikenal sebagai ulama yang sederhana.
Semasa hidupnya, almarhum memberikan kenangan bagi Nawawi, warga Desa Kramat Jegu, Taman, Sidoarjo.
Sebagai seorang santri KH Qosim, ia mendapat banyak motivasi dari segi perjuangan untuk kemaslahatan umat.
“Waktu itu, beliau pernah menyemangati saat saya ditentang masyarakat ketika akan merenovasi masjid,” kisahnya.
Ia mengaku, ditentang banyak orang karena berbagai alasan. Ia lalu sowan ke KH Qosim dan mendapat masukan.
“Saya mendapat banyak masukan, yang berbuah manis, hingga renovasi masjid desa saya berjalan lancar, bahkan sampai sekarang,” imbuhnya.
Banyak pelajaran dari kenangan yang ia petik, satu diantaranya juga menjadi pegangan hidupnya, yakni soal berjuang untuk kebenaran.
“Hidup harus berjuang, dan dikatakan berjuang itu kalau ada musuhnya. Jadi jangan pernah takut dimusuhi saat berjuang di jalan yang benar,” tukasnya. (Danendra Kusuma/Pipit Maulidiya)