Single Focus
Terminal Joyoboyo Sepi, Sopir Balik Lagi Jadi Preman
Sopir angkutan umum di Surabaya kian tercekik keadaan. Malahan, ada yang terang-terangan ngaku balik jadi preman.
Penulis: Danendra Kusumawardana | Editor: Eben Haezer Panca
SURYA.co.id | SURABAYA - Sukardi (50), sopir angkutan umum lyn V, tak kunjung berangkat meninggalkan Terminal Joyoboyo, Surabaya Minggu (15/4) siang. Padahal, ia sudah berangkat dari rumah sejak Sabtu (14/4) pagi.
Ini karena ia harus antre dengan sopir lyn V lainnya yang juga menunggu penumpang.
"Dari kemarin belum narik sampai sekarang, nunggu antrean. Sepi, nggak kayak dulu. Penumpang sudah naik transportasi online, sekarang ada lagi naik bis bayar pakai sampah," ujar Sukardi, dengan nada kesal.
Menurutnya, kedatangan Suroboyo Bus yang melintas jalur tengah kota, membuat penumpang angkutan lyn V semakin sepi.
Ia merasa bersaing dengan Suroboyo Bus karena sama-sama melintasi Jalan Raya Darmo, Urip Sumaharjo, Basuki Rachmat, dan Gubernur Suryo.
"Para penumpang tentu lebih memilih naik Suroboyo Bus, ketimbang naik angkutan umum. Lah sudah gratis bayar pakai sampah, busnya dingin, baru lagi. Kami ini merasa dicekik dengan kondisi ini," ungkapnya serius.
Sukardi mengaku tak habis pikir dengan rencana Pemkot Surabaya yang menghadirkan armada baru.
"Ya bingung saja, kok tega sekali. Kalau ngomong soal armada, yang tersedia di Joyoboyo ini banyak sekali, 200 angkutan. Tetapi nggak ada yang naik, sopir angkutan yang dulunya tobat dari preman jadi supir, karena nggak narik ya balik preman lagi," paparnya.
Tidak hanya Sukardi, Sudarmaji, sopir lyn U, juga mengungkapkan hal senada.
Sepinya Terminal Joyoboyo saat ini, benar-benar ia rasakan. Setidaknya, ia harus menunggu cukup lama untuk mendapatkan enam penumpang.
"Itu kadang ya tidak mesti dapat enam orang. tiga orang pun tancap gas," ujar Sudarmaji, yang melayani trayek Rungkut-Wonokromo-Wonorejo Medokan.
Rela Ngamen
Sementara, Amin, sopir lyn G yang melayani trayek Joyoboyo-Karangmenjangan-Gubeng, tetap semangat menawarkan kendaraannya pada calon penumpang yang hanya sesekali melintas.
Ia mengungkapkan, armada lyn G dulunya mencapai 56 unit, saat Joyoboyo masih ramai penumpang sekitar tiga tahun silam. "Sekarang tinggal 15 saja yang bertahan," ucapnya.
Aris, sopir lyn G yang berada di dekat Amin menyahut, sepinya penumpang membuat dirinya rela ngamen pagi hari untuk tambahan uang.
"Penghasilan menurun, buat setoran aja tidak cukup. Apalagi untuk kebutuhan sehari-hari," ujarnya.
Ia mengaku, pernah tiga hari tidak memberi uang belanja kepada istrinya.
"Belum lagi uang saku untuk anak, aduuhh... Saya sering bertengkar dengan istri karena penghasilan makin sedikit," pungkasnya. (diy/nen)