Bahan Baku Kain Tenun Langka, Perajin Tenun Lamongan Terancam Stop Produksi

Ada benang asal China, namun Miftakhul tak pernah menggunakan benang dari Tiongkok itu karena mengurangi kualitas tenun kain buatannya.

Penulis: Hanif Manshuri | Editor: irwan sy
surya/hanif manshuri
Pekerja kain tenun ATBM di Parengan saat ini masih bisa berlangsung. Namun ada ribuan pekerja yang terancam menganggur karena bahan baku mulai langka, Kamis (16/2/2018) 

SURYA.co.id | LAMONGAN - Pengusaha dan pengrajin kain tenun di Parengan, Maduran, Lamongan, Jawa Timur, kesulitan mendapatkan bahan baku kain tenun. Kondisi ini akan mengancam kelangsungan usaha tenun di Parengan yang dampaknya 2.790 tenaga kerja di industri ini rawan putus kerja, alias menganggur.

Bahan bakunya berupa benang asal India dan Jepang. Para pengusaha biasanya mengimpor benang tersebut.

"Tapi benang dari India dan Jepang sulit kita peroleh. Langka di pasaran," kata salah satu pengusaha kain tenun di Parengan, Miftakhul Khoiri saat ditemui Surya, Jumat (16/2/2018).

Miftakhul yang memiliki usaha tenun bernama UD Paradila ini menuturkan semua pengusaha kain tenun kesulitan mendapatkan bahan baku benang impor sejak sebulan belakangan. Biasanya, benang asal India dan Jepang itu mudah didapatkan di Surabaya.

"Kami tidak tahu penyebab pasti mengapa bahan baku itu sekarang langka di pasar Surabaya," sambungnya

Bahkan pada bulan akhir Januari 2018 hingga pertengan bulan Februari ini harga benang merangkak naik.
Pergulung dengan berat 5 kg harganya naik Rp 100.000. Jika dibagi, maka harga per kg naik Rp 20.000.

"Itupun benangnya susah didapatkan," ungkapnya.

Ia sendiri mengaku stok bahan bakunya mulai menipis, dan kemungkinan hanya bisa bertahan selama sebulan kedepan. Miftakhul mengkhawatirkan nasib 150 pekerjanya jika sampai bulan depan tak mendapatkan pasokan bahan baku.

Diakuinya memang ada bahan baku benang asal China. Namun, pihaknya tak pernah menggunakan benang dari Tiongkok itu karena mengurangi kualitas tenun kain buatannya.

"Kami harap ada solusi dari Pemkab Lamongan untuk mengatasi hal ini," ujarnya.

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved