Liputan Khusus
Penjualan Rokok Alami Penurunan 9 Persen, Gara-gara Booming Vape?
Kondisi di lapangan yang menunjukkan pengguna vape banyak yang berasal dari orang-orang yang sebelumnya perokok.
SURYA.co.id | SURABAYA - Pengusaha rokok di Jawa Timur enggan mengakui peredaran vape berpengaruh terhadap penjualan rokok.
Meski secara statistik penjualan rokok sempat mengalami penurunan dalam beberapa waktu terakhir, namun industri rokok tetap percaya itu bukan akibat munculnya vape.
Sepanjang semester I 2017, volume penjualan rokok nasional turun hingga 9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Enam bulan pertama 2017, jumlah rokok yang terjual 146,6 miliar batang.
Sementara periode yang sama 2016, jumlah itu menyentuh 160,8 miliar.
Penjualan rokok pada 2016 agaknya lebih baik ketimbang semester pertama tahun lalu.
Data yang Surya himpun, penjualan rokok masih tumbuh rendah pada tahun itu dibanding 2015 sebesar 0,56 persen.
Ketua Gabungan Perusahaan Rokok (Gapero) Jawa Timur Sulami Bahar mengatakan, penurunan penjualan rokok terjadi karena daya beli masyarakat yang menurun.
Menurut Sulami, itu adalah efek dari kondisi ekonomi yang kurang baik.
“Penurunan kelihatannya lebih ke pangsa pasar yang bergeser. Karena orang-orang sekarang banyak yang beralih ke rokok-kokok SKM (sigaret kretek mesin). Artinya, ada penurunan di SKT (sigaret kretek tangan),” kata dia.
Ia meyakini, pangsa pasar rokok dan vape hingga saat ini masih berbeda.
Ini berbalik dengan kondisi di lapangan yang menunjukkan pengguna vape banyak yang berasal dari orang-orang yang sebelumnya perokok.
“Untuk rokok, sudah ada taste tersendiri. Vape tidak bisa menyamai taste rokok yang ada. Jadi, kami tidak khawatir. Apalagi, sudah akan dikenakan cukai 57 persen – yang termasuk cukai tertinggi,” ungkap Sulami.
Bicara soal tren dan data, vape mulai booming di Indonesia pada 2015, berdasarkan keterangan Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI).
Sementara data Philip Moriris International menunjukkan, tahun itu adalah tahun pertama pangsa pasar rokok mengalami penurunan sejak 2005.
Jumlah rokok yang terjual pada 2014 adalah 341,5 miliar batang.
Setahun kemudian, jumlahnya turun menjadi 313,8 miliar batang.
Sulami mempercayai, penurunan penjualan rokok lebih disebabkan juga oleh kenaikan tarif cukai. “Itu sangat berpengaruh,” ujarnya.
“1 Januari 2018 ini¬¬ untuk kenaikannya, sesuai PMK (Peraturan Menteri Keuangan) 147, ini kenaikannya untuk SKM 12 koma sekian. Terus untuk SKT, kenaikannya juga cuma 7,8 persen. Kalau dirata-rata kenaikannya 10,4 persen,” terangnya. (Aflahul Abidin/M Taufik)