Liputan Khusus
Komunitas Pengguna Vape Surabaya : Semoga Regulasi Terkait Vape Bukan Titipan
Komunitas pengguna vape di Surabaya ini berharap peraturan atau regulasi terkait vape bukan karena titipan pihak tertentu.
SURYA.co.id | SURABAYA - Konsumen vape di Surabaya merasa tidak ada masalah dengan rencana pemerintah yang akan menarik cukai hingga 57 persen.
Namun, mereka berharap pemerintah bersikap fair dalam memutuskan regulasi ini.
Ketua North Surabaya Vapers, Oyek menyatakan, dia dan rekan-rekannya yang tergabung dalam komunitas pengguna vape di Surabaya utara, berharap peraturan atau regulasi terkait vape bukan karena titipan pihak tertentu.
“Regulasi itu menurut kami sangat positif. Alasannya bisa membatasi usia anak agar tidak mengonsumsi vape, adanya standarisasi liquid, pengawasan dan sebagainya agar tidak dicampur narkoba atau zat-zat berbahaya lainnya,” kata dia.
Selama ini, pengguna vape cenderung disamakan dengan perokok karena belum adanya regulasi yang jelas.
Di pusat-pusat perbelanjaan maupun tempat publik lain, mereka harus mematuhi peraturan yang sejatinya untuk perokok.
“Padahal vape aman. Beda dengan rokok,” timpal Jun, Wakil Ketua North Surabaya Vapers.
Sama seperti pengguna vape lain, komunitas ini juga mengaku tidak masalah jika vape dikenakan cukai sampai 57 persen.
“Toh jika naik segitu juga masih lebih mahal dulu, saat awal-awal vape masuk ke Indonesia. Ketika itu harga liquid ukuran 600 mm mencapai Rp 300.000- 350.000. Jika sekarang harganya berkisar Rp 100.000–Rp 150.000, naik 57 persen kan masih mahalan dulu,” urai Jun.
Pihaknya juga menilai ada hal positif jika vape semakin mahal.
Yakni, anak-anak lebih sulit untuk menjangkau harga itu, sehingga mereka tidak ikut-ikutan.
North Surabaya Vapers berdiri sejak November 2017.
Berawal dari hubungan antarsesama penjual vape di online, mereka bertemu dan memutuskan untuk membuat komunitas sebagai wadah.
Sekedar kumpul, berbagai informasi, sharing tentang isu-isu terbaru, hingga melakukan kegiatan-kegiatan sosial.
“Saat ini anggota kami sudah sekitar 30 orang. Basecamp-nya berada di sebuah warung kecil di dekat Jembatan Suramadu, tapi kami rutin setiap minggu ganti-ganti tempat ngumpul. Seperti sekarang ini, kami berkumpul di sini,” ungkap Dwi Ari yang bertugas sebagai humas.
Ketika berkumpul, banyak hal yang mereka lakukan.
Selain berbagi tips dan trik mengisap vape, mereka juga intens membahas berbagai hal yang sedang hangat terjadi terkait perkembangan vape di Indonesia, khususnya di Surabaya.
“Kami juga menjalin komunikasi dengan komunitas-komunitas vape lain. Dan tak hanya itu, kami juga punya kegiatan-kegiatan sosial, seperti bakti sosial, ke panti asuhan, buka puasa bersama, dan refreshing bareng atau berwisata bersama keluar semua anggota untuk lebih menjalin keakraban satu sama lain,” usai Dwi. (Aflahul Abidin/M Taufik)