Komunitas

Komunitas Ini Ikut Perfomance Cabaret Tiap Tahun, Buat Kostum dari Busa dan Kulit Imitasi

Komunitas yang diklaim pertama di Surabaya ini berupaya menjaga keakraban dan silaturahmi antar anggota lewat hobi cosplay.

Penulis: Sudharma Adi | Editor: Titis Jati Permata
surya/istimewa
Anggota cosura saat rekreasi bareng di Kota Batu belum lama ini. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Banyaknya pehobi kostum ala karakter dalam film animasi, komik (manga) dan video games membuat mereka berkumpul dan membentuk komunitas Cosplay Surabaya (Cosura).

Dengan hobi yang sama, Cosura berupaya tetap eksis dan mempopulerkan costume and play (cosplay) ini dengan performance tiap tahun hingga ikut lomba cosplay nasional.

Ketua Komunitas Cosura, Jerry S menjelaskan, komunitas yang diklaim pertama di Surabaya ini berupaya menjaga keakraban dan silaturahmi antar anggota lewat hobi cosplay.

Keakraban ini makin terjaga saat event besar atau kegiatan insidental diikuti mereka.

“Kami sering ikut event besar terkait cosplay dan even ketika bazaar. Ada juga event di beberapa perguruan tinggi yang memiliki jurusan sastra Jepang, seperti di Unesa,” paparnya.

Karena benar-benar kecanduan cosplay, maka setiap event yang diikuti berusaha tampil secara maksimal, walaupun sederhana.

Jika even yang dikuti seperti lomba fashion dan performance, maka anggota Cosura mengenakan cosplay sesuai tren karakter anime yang ada, seperti Naruto, Kamen Rider dan Power Rangers.

Bahan untuk membuat kostum ini biasanya memakai busa hati atau bahan sandal jepit.

Dengan kompak, mereka membuat pola gambar kostum, kemudian busa itu dipotong-potong, lalu disatukan dan dilem.

“Setelah itu dibentuk dan dicat. Supaya tidak luntur, busa ini dilapis cat anti air. Semuanya ini pakai biaya sendiri,” urainya.

Supaya kostum hasilnya semirip mungkin dengan karakter asli, maka banyak aksesoris yang ditambahkan, seperti kain dan kulit imitasi, bahkan potongan besi.

Semuanya itu didapat anggota di pasar loak dengan biaya sendiri.

“Untuk satu kostum biasanya diselesaikan dalam waktu dua minggu. Selain kostum, konsep cerita, musik, lighting hingga video semuanya kami rancang agar performance cerita bisa maksimal,” terangnya.

Tak heran, selain ikut even-even umum, Cosura juga sering diberi kepercayaan ikut event besar terkait cosplay, termasuk performance bertajuk Cabaret.

Dalam even yang digelar tiap tahun ini, para anggota sebanyak 20-40 orang tampil ala teater dengan cerita seperti yang ada di komik (manga).
“Terakhir kami tampil di Cak Durasim pada 3 Desember 2017 kemarin. Pada cabaret ini, kami menampilkan adegan Naruto selama sejam,” ujarnya.

Selain even, Cosura juga berupaya mencetak prestasi terkait hobi cosplay.

Itu terlihat dimana setiap tahunnya, Cosura mengirim wakil pada lomba cosplay nasional bertema Clas:h.

Selama empat tahun berturut-turut, mulai 2014-2107, Cosura mampu menempatkan wakil sampai Jakarta.

Namun ketika bersaing di tingkat nasional, Cosura masih gagal menjadi wakil Indonesia ke Jepang.

“Kalau sudah di Jepang, maka akan berlomba melawan 35 negara. Makanya, kami akan pertajam konsep cosplay agar bisa mewakili Indonesia,” katanya.

Tak hanya sekadar even cosplay, Cosura juga intens mengadakan bakti sosial ke panti asuhan setiap setengah tahun.

Selain memberi bantuan, bakti sosial itu juga dimanfaatkan untuk menghibur anak yatim piatu, agar semangat hidup tetap menyala.

“Kami biasanya pakai cosplay. Ini bisa menghibur mereka,” ujarnya.

Ada 157 Anggota di Cosura
Berawal dari hobi sama, 8 orang penggemar cosplay ini sepakat membuat wadah komunitas.

Sejak berdiri pada 28 Oktober 2007 di Surabaya, Cosura diminati penggemat cosplay dengan jumlah anggota 157 orang.

Mantan ketua Cosura, Okky Pradana menguraikan, terbentuknya Cosura berawal dari kesukaan 8 orang pada cosplay.

Lewat komunikasi media sosial lawas, Friendster, mereka bisa berkumpul dan sharing tentang cosplay.

“Saat itu kami memang ingin mewadahi pehobi cosplay. Tapi sebelum ada komunitas, kami sempat jalan-jalan di TP dengan cosplay,” katanya.

Saat jalan-jalan itu, banyak pengunjung yang tertarik dan minta swafoto.
Namun, aksi cosplay ini membuat satpam merasa itu malah akan mengganggu pengunjung lain, sehingga diusir keluar TP.

“Tapi kami tetap senang karena hobi kami bisa tersalurkan,” katanya.

Setelah momen terbentuknya komunitas, mereka mulai show up dan sering tampil di even perguruan tinggi dan Taman Bungkul.

Dari sini, sedikit demi sedikit ada anggota baru bergabung. Hingga saat ini, ada 157 orang yang terdaftar.

“Dari jumlah itu, yang aktif sekira 70an orang,” pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved