Berita Surabaya

PKL Jl Bentul Surabaya Kecewa Mepetnya Waktu Bongkar Stan, Dewan:Kalau Minimarket Cukup Disilang

Abdul Qowi (60) tampak lesu saat ditemui di rumahnya di Jalan Gembili, Selasa (2/1/2018).

Penulis: Fatimatuz Zahro | Editor: Parmin
surya/Fatimatuz Zahro
Koordinator PKL Jalan Bentul Abdul Qowi menyampaikan kekecewaannya pada anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya Reni Astuti, Selasa (2/1/2018). 

SURYA.CO.ID | SURABAYA - Abdul Qowi (60) tampak lesu saat ditemui di rumahnya di Jalan Gembili, Selasa (2/1/2018).

Ia adalah penjual sate daging kambing yang baru saja digusur oleh Pemkot Surabaya untuk menormalisasi sungai di Jalan Bentul.

Pria yang juga Koordinator Paguyuban PKL Jalan Bentul tersebut mengaku kebijakan Pemkot untuk menggusur PKL demi melebarkan saluran tersebut sangat mengagetkan.

"Kalau untuk menormalisasi saluran kami mungkin maklum jika dipaksa pindah. Hanya saja kami tidak diberi pemberitahuan yang layak, malam disosialisasi, besoknya harus langsung dibereskan," kata Qowi.

Rincinya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini melakukan sidak saluran di Jalan Bendul Merisi pada Sabtu (30/12/2017) yang kondisinya mengalami banjir.

Kemudian keesokan harinya ia dan jajaran Dinas PU Bina Marga dan Pematusan dan juga jajaran Satpol PP langsung membawa alat berat untuk mengeruk saluran.

Di saat itulah Risma lalu menganalisa bahwa harus ada pelebaran saluran tepat di lahan sebanyak 17 PKL Jalan Bentul biasa berjualan.

"Hari Minggu (31/12/2017) kami sudah tidak berjualan. Dan kami diminta untuk segera mengosongkan bangunan tempat berjualan malam itu juga," ucap Qowi.

Sebanyak 17 pedagang di sana diberi waktu semalam karena hari Senin (1/1/2018) alat berat sudah didatangkan untuk membongar bangunan PKL tersebut.

Saat memberikan sosialisasi, Qowi menyebut mereka sempat diancam oleh Kepala Satpol PP Kota Surabaya dan juga Kepala Dinas Sosial.

"Saat itu ya Bapak tersebut bilang agar segera membereskan barang kami masing-masing. Katanya Satpol PP punya 700 orang pasukan lho, daripada barang kami langsung mereka yang membongkar, maka kami akan rugi, dibilang begitu kami lansung pasrah," kata Qowi.

Mereka praktis tidak berjualan sejak hari Minggu. Dalam waktu dua hari saja sampai Senin (1/1/2017) mereka diminta untuk membersihkan lahan PKL yang sudah dihuni puluhan tahun.

"Jujur saya kaget. Sebelumnya tidak diberi sosialisasi dan tidak diberi waktu setidaknya untul kami berpikir akan kemana setelah ini," ucapnya.

Ia sendiri sudah 35 tahun berjualan sate di lokasi tersebut. Pemkot sempat menjanjikan bahwa pedagang bisa berjualan lagi di tempat yang sama.

Halaman
12
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved