Menikmati Thailand dalam Nuansa Baru

Istana Bang Pa In dan Kuil Buddha Berarsitektur Menyerupai Gereja Simbol Pengaruh Eropa di Thailand

Untuk memasuki area ini pengunjung harus membayar 100 baht. Karena luas area ini yang mencapai 46 acre membuat sejumlah wisatawan memilih...

Penulis: Musahadah | Editor: Musahadah
surya/musahadah
Istana Bang Pa In, Thailand. 

Ayutthaya, kota yang terletak 60 Km dari Bangkok, Thailand menyimpan peninggalan sejarah luar biasa. Dua di antaranya, istana Bang Pa In dan kuil Buddha Wat Niwet yang menjadi simbol masuknya pengaruh Eropa di negeri gajah putih ini.

Udara panas langsung menyergap ketika kaki saya menginjakkan kawasan wisata Bang Pa In Palace, di Kota Ayutthaya, Jumat (17/11). Namun, cuaca panas itu seolah tak terasa begitu melihat keindahan danau dan sejumlah bangunan ikonik di sekitarnya.

Ya, Bang Pa In Palace ini dulunya adalah kompleks istana yang digunakan raja-raja Siam (sebutan Thailand di masa itu) dan beberapa selir mereka saat musim panas. Di sini terdapat beberapa bangunan ikonik yang terpisah-pisah dikelilingi taman yang sangat luas dan danau yang airnya bersih dan jernih.

Untuk memasuki area ini pengunjung harus membayar 100 baht. Karena luas area ini yang mencapai 46 acre membuat sejumlah wisatawan memilih berkeliling menggunakan kereta listrik yang disewakan pengelola. Meski begitu, banyak juga wisatawan yang berjalan sambil memakai payung untuk melindungi dari terik matahari.

Istana ini awalnya dibangun oleh Raja Prasat Thong pada tahun 1632. Ketika terjadi peperangan antara Thailand dan Birma (Myanmar), istana ini tak terawat hingga akhirnya Raja Mongkut (Rama IV) yang memerintah tahun 1851-1868 memperbaiki kembali. Selanjutnya, penggantinya, Raja Chulalongkorn (Rama V) memperluas istana ini lengkap dengan fitur dan arsitektur bergaya Eropa.

Istana ini terbagi dua area yakni istana luar dan istana dalam. Istana luar diperuntukkan masyarakat dan sejumlah upacara. Sedangkan istana dalam hanya dikhususkan untuk raja dan keluarga dekat. “Dahulu, istana bagian dalam dilarang keras dimasuki laki-laki,” terang Suree Pongnopparat, pemandu saya selama di Thailand. Sampai saat ini pun istana ini masih mendapat penjagaan ketat dari militer Thailand. Petugas militer ini berjaga-jaga di setiap sudut istana.

Di istana luar, tampak bangunan yang terbuat dari struktur batu kecil bergaya khmer. Bangunan bernama Hem Montian Thewarat ini dibangun Raja Rama V pada tahun 1880 dan dipersembahkan untuk Raja Prasat Thong.

Dari area ini tampak sejumlah bangunan ikonik di seberang danau yang menjadi tempat pertemuan serta tempat tinggal anggota kerajaan yang sangat nyaman, dibangun dengan arsitektur bergaya Eropa.

Sementara di area dalam, langsung dijumpai sebuah bangunan kecil di pinggir danau yang menjadi tempat istirahat para selir raja. Di area dalam ini juga terdapat taman yang sangat luas serta istana yang menjadi favorit Raja Rama V. Istana bernama Phra Thinang Uthayan Phumisathian ini ditinggali Raja Rama V tiga kali dalam setahun.

Tak jauh dari lokasi ini, ada istana dua lantai bergaya arsitektur Tiongkok. Istana Phra Thinang Wehart Chamrun dibangun oleh kamar dagang Tiongkok untuk Raja Rama V pada tahun 1889. Ini adalah istana romansa yang benar-benar indah, dengan lantai keramik yang berornamen, perabotan kayu ebony, emas, perak dan porselin yang digunakan secara luas untuk tujuan dekorasi.

Lantai dasar berisi tahta bergaya Tiongkok, sedangkan lantai atas diisi altar serta tempat mengabadikan lempengan nama Raja Mongkut dan Raja Rama V bersama ratu masing-masing. Istana bergaya Tiongkok ini adalah kediaman favorit Raja Vajivarudh (1910-1925) saat mengunjungi Bang Pa In.

Tepat di depan istana ini, ada menara observatorium yang menjulang tinggi. “Bangunan ini dibangun Raja Rama V tahun 1881 sebagai tower untuk melihat daerah sekitarnya,” terang Suree.

Usai berkeliling di istana Bang Pa-In, pengunjung langsung bisa mengunjungi kuil Buddha, Wat Niwet Thammaprawat yang hanya terletak beberapa meter dari kawasan istana. Kuil yang didirikan pada tahun 1878, ini sangat menakjubkan di antara kuil-kuil Buddha Thailand karena arsitekturnya meniru sebuah gereja Eropa, yang dibangun dengan gaya Gothic Revival.

Untuk memasuki area kuil ini, pengunjung bisa menggunakan kereta gantung atau cable car yang dikendalikan dari menara di tepi sungai. Tidak dikenakan biaya untuk ini, hanya disediakan kotak bagi pengunjung yang mau berdonasi.

Bangunan pertama yang bisa dilihat di area ini adalah kediaman para biksu yang tertutup untuk umum. Setelah itu ada bangunan-bangunan lain lengkap dengan kuil-kuil kecil dan patung Buddha.

Kemegahan terlihat pada bangunan utama kuil yang menjulang tinggi laiknya sebuah gereja. Merunut pada Wikipedia, kuil ini dirancang oleh Joachim Grassi, salah satu arsitek Italia pertama yang dipekerjakan di bawah pemerintahan Raja Rama V.

Kuil buddha menyerupai gereja di Thailand.
Kuil buddha menyerupai gereja di Thailand. (surya/musahadah)

Wat Niwet Thammaprawat dibangun dengan gaya Gothic Revival, dengan jendela kaca patri dan altar Gothic. Tampilannya menyerupai gereja Kristen, dengan patung Buddha di tempat utama menggantikan Salib. Konstruksi bangunan ini selesai pada tahun 1878.

Menurut Suree, kuil ini mencerminkan adanya pengaruh Eropa selama pemerintahan Raja Rama V. “Ini mencerminkan adanya modernisasi di Siam (Thailand),” katanya.

Wat Niwet Thammaprawat juga termasuk satu dari 16 kuil yang menerima persembahan kathina tahunan. Wat Niwet termasuk monumen bersejarah yang terdaftar, dan menerima Architectural Conservation Award (ASA) pada tahun 1989. (musahadah)

  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved