YouGen
Berwisata ke Museum, Jujugan yang Membosankan Bagi Remaja Jaman Now?
Remaja jaman now atau generasi muda lebih memilih tempat favorit seperti mal atau yang bikin fun seperti tempat rekreasi.
Penulis: Sudharma Adi | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.co.id | SURABAYA - Selama ini, museum adalah tempat yang jarang dikunjungi pelajar atau anak muda.
Remaja jaman now atau generasi muda lebih memilih tempat favorit seperti mal atau yang bikin fun seperti tempat rekreasi.
Merujuk pada definisi, museum adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan.
Dari definisi ini, banyak kaum muda yang beranggapan bahwa museum adalah tempat membosankan.
Selain bentuk gedung yang terkesan old fashion, koleksi-koleksi atau peninggalan yang disimpan lebih membuat kaum muda enggan masuk ke tempat itu.
Padahal, mengunjungi museum sebenarnya adalah cara terbaik untuk menambah pengetahuan tentang koleksi itu, sekaligus mendapatkan spot untuk foto yang bagus.
Ini yang dirasakan beberapa generasi muda terkait pengalaman berkunjung ke museum.

Filla Listiani : Ketagihan Datang
Selama ini, museum adalah tempat yang asing dan tak mengasyikkan. Namun itu semua berubah, ketika Filla Listiani ikut program kerja dari kampusnya, STIE Perbanas dengan berkunjung ke Museum di Siola dan Museum House of Sampoerna.
Filla benar-benar ketagihan dan sering berkunjung ke beberapa museum di Jatim.
Perempuan yang lahir di Lamongan pada 27 Juli 1996 bertutur, sebelum kuliah di STIE Perbanas jurusan manajemen, tak pernah sekalipun dia pergi ke museum.
Makanya, dia sempat berpikir bahwa museum adalah tempat yang tak asyik dan bukan tempat favorit untuk dikunjungi.
“Meski sebenarnya museum adalah tempat menambah pengetahuan, namun saya belum tertarik ke sana,” ujarnya.
Barulah ketika kuliah dan menjadi Vice Manager di UKM Fidusia, dia bisa mengunjungi museum di Surabaya.
Itu karena di UKM Fidusia, ada program mengunjungi museum lewat Surabaya Shopping and Culinary Track.
Dari sini, dia pertama kali berkunjung di Museum Surabaya yang ada di Gedung Siola.
Di museum ini, Filla cukup takjub karena selain tempatnya yang bersih, banyak peninggalan bersejarah yang selama ini tak diketahuinya.
“Ini berkesan karena baru tahu di Siola ada museumnya. Ada juga peninggalan seperti lukisan baju batik, baju pemadam kebakaran dan buku pernikahan zaman dulu,” ujar pehobi renang ini.
Filla benar-benar mendapat pengetahuan baru dan sudut pandang berbeda terhadap museum.
Begitu pula ketika berkunjung ke Museum House of Sampoerna, dia mendapat pencerahan tentang alat pembuatan rokok sejak zaman dulu.
Dua museum ini membuka pikirannya, hal yang selama ini dianggap membosankan, ternyata bisa menambah wawasan sekaligus tak bikin jenuh.
“Dapat pengetahuan dan gratis lagi,” katanya terkekeh.
Sejak itu, dia mulai ketagihan dan berkunjung beberapa kali ke Museum Surabaya dan House of Sampoerna.
Tak hanya itu, pengetahuannya tentang sejarah masa lalu Surabaya makin terbuka ketika mengunjungi bekas penjara Kalisosok dan Museum BI.
“Saya jadi tahu berbagai jenis bentuk uang dan mesin kliring zaman dulu. Ini menambah pengalaman dan pengetahuan saya,” tegasnya.
Tak puas hanya mengunjungi museum di Surabaya, dia pernah berkunjung ke Museum Angkot yang ada di Batu.
Di sana, dia bisa memahami berbagai jenis angkutan sejak zaman lampau sampai kini. Karena ketagihan ini, dia pun berencana akan mengunjungi museum yang ada di Jogjakarta.
“Di sana sepertinya banyak peninggalan bersejarah yang perlu diketahui. Setelah tahu isi museum, saya benar-benar suka berkunjung ke sana,” pungkasnya.

Rani Nurhaliza : Manfaatkan Untuk Swafoto
Bagi Rani Nurhaliza, museum awalnya dipandang sebagai tempat yang sepi dan tak menarik. Namun setelah berkunjung ke museum di Yogyakarta, pandangannya berubah.
Tak hanya sekadar menambah pengetahuan, ruangan dalam museum yang klasik membuatnya cocok dibuat swafoto.
Perempuan yang lahir di Ciamis pada 15 Mei 1994 ini bertutur, sejak kecil hingga remaja, dia tak pernah sekalipun tertarik masuk museum.
Anggapan sepi dan tak ada yang menarik untuk dilihat, membuat Rani tak punya angan-angan berkunjung ke museum.
“Saya baru tahu apa itu museum, setelah ikut study tour ketika SMA,” terang perempuan yang kuliah di Universitas 17 Agustus Surabaya ini.
Perempuan yang kuliah di Fakultas FISIP semester tujuh ini diminta sekolahnya di SMA Serba Bakti Ciamis untuk ikut study tour.
Karena jadi agenda tahunan sekolah itu, dia dan teman-teman sekelasnya tak keberatan ketika berangkat ke Museum Monumen Yogyakarta pada 2012 lalu.
Dia tak ada pandangan apa-apa terkait kunjungan ke museum, dan menganggapnya hanya hiburan dan jalan-jalan.
“Tujuan utama saya dan teman adalah untuk jalan-jalan,” urai perempuan yang sempat aktif di Korean Language Center Untag ini.
Barulah ketika sampai di museum itu, Rani merasa takjub. Meski bentuk museum terkesan old fashion, namun berbagai koleksi yang tersaji sangat klasik.
Beberapa koleksi itu seperti fosil hingga sepeda pancal zaman dulu.
Pencahayaan dan tata ruang museum juga menarik dan tak gelap, sehingga membuatnya makin tertarik ada di dalamnya.
“Banyak hal dan pengetahuan yang saya dapat, termasuk sejarah kisah cinta Bung Karno dan Oentari. Ini hal baru bagi saya,” paparnya.
Yang tak kalah penting, museum itu dia manfaatkan untuk berfoto bersama atau berswafoto.
Ada beberapa spot yang sangat klasik dan cocok untuk foto, terutama di dekat koleksi bersejarah dan patung.
“Ternyata memang mengasyikkan. Makanya, kalau sedang libur, saya mau berkunjung ke beberapa museum di Surabaya, terutama di House of Sampoerna,” pungkasnya.

Sherren Nur Ardila : Awalnya Membosankan
Tak pernah terbersit bagi Sherren Nur Ardila untuk berkunjung ke museum.
Sherren beranggapan bahwa museum adalah tempat yang membosankan dan tak menarik dilihat.
Namun setelah datang ke Museum Trowulan, barulah dia paham tentang sejarah Kerajaan Majapahit yang tersohor itu.
Perempuan yang lahir di Lamongan pada 21 Oktober 1998 ini bercerita, pola pikir ketika masih anak-anak adalah museum bukan tempat yang asyik untuk berwisata.
Itu yang membuatnya tak terlalu antusias, ketika gurunya mengajak study tour saat masih duduk di kelas 6 SD Sido Rukun I Gresik.
“Saya diajak guru ke Museum Trowulan di Mojokerto. Waktu itu saya pikir, itu pasti membosankan,” katanya.
Perempuan yang kuliah di FISIP UPN Veteran Surabaya ini pun berangkat dengan motivasi biasa saja.
Namun ketika sampai di museum, barulah dia kaget dan bersemangat.
Pasalnya, dia berkunjung ke lokasi yang punya view atau pemandangan bagus, dan objek wisata menarik, seperti patung Budha Tidur.
“Itu di luar ekspektasi. Selain desain museum yang unik, banyak peninggalan sejarah yang membuka pengetahuan,” kata pehobi baca novel ini.
Berkeliling di beberapa lokasi peninggalan sejarah Majapahit, dia benar-benar menikmatinya.
Pemandangan dan kondisi sekitar museum masih alami, dan itu membuatnya seperti berwisata alam.
Yang tak kalah penting, dia benar-benar mengerti tentang peninggalan sejarah Majapahit.
Dari sinilah, dia rupanya kangen untuk berkunjung ke Museum Trowulan lagi, dan museum lain yang ada di Batu.
“Ini membuka pengetahuan tentang sejarah masa lalu, sekaligus berwisata sejarah. Ini memang mengasyikkan,” pungkasnya.