Sambang Kampung

Kreasikan Kain Perca Jadi Keset Karakter, Iis Oktiani Sukses Angkat Produk Unggulan Kampung Jojoran

Mendapat suntikan motivasi dari Wali Kota Surabaya, Lis Oktiani akhirnya meneruskan usaha keset yang lama vakum. Hasilnya pun kini terlihat..

Penulis: Fatimatuz Zahro | Editor: Eben Haezer Panca
surabaya.tribunnews.com/Ahmad Zaimul Haq
Iis Oktiani mengkreasikan kain perca menjadi keset berbagai karakter. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Kreativitas bisa berkembang jika diimbangi dengan semangat untuk maju.

Hal itu dibuktikan oleh Iis Oktiani, warga kampung Jojoran RT 10 RW 12 Kelurahan Mojo Kecamatan Gubeng.

Memanfaatkan kain perca sisa usaha konveksi menjadi keset karakter, Iis mampu membawa produk kampungnya menjadi salah satu produk UKM unggulan di Kota Surabaya.

Didatangi di rumahnya di Jojoran III D, Rabu (6/9/2017), Iis tampak sedang menata tumpukan keset aneka rupa yang baru saja rampung digarapnya dan beberapa pegawainya.

Bukan keset biasa yang dia buat, melainkan keset karakter dengan aneka bentuk seperti semangka, angry bird, nemo, keropi dan banyak lainnya.

"Usaha ini mulanya adalah usaha bersama warga kampung. Bahkan sekarang UKM nya masih menggunakan nama Ertesep, meski brand produknya adalah Tap Tap Mats," cerita Iis.

Ibu tiga anak ini menyebutkan, mulanya keset produk kampung ini dibuat dari kain perca dari goni. Namun proses pembuatannya yang rumit dan lama sampai tiga hari untuk satu produk, akhirnya Iis mengkreasikan keset dengan membuatnya dari potongan kain kaos, yang tak lain adalah limbah usaha konveksi miliknya.

"Kain perca yang warnanya sama kita satukan lalu dibuatkan model karakter yang saat ini sedang digemari anak-anak. Karena kalau hanya keset biasa kadang orang kotor sudah malas pakai, tapi kalau bentuk dan karakternya lucu biasanya lebih digemari," kata Iis.

Peluang itulah yang coba dimanfaatkan Iis. Ia sempat mengajak warga setempat untuk terus mengembangkan produk UKM Ertesep yang merupakan kependekan dari alamat kampungnya yaitu RT 10. Namun nyatanya peminat membuat keset kurang banyak.

"Usaha ini sempat vakum enam bulan karena saya menganggap ini kan usaha bersama kampung awalnya saat ikut lomba kebersihan, tapi karena warga kampung sudah banyak tidak minat akhirnya saya memutuskan untuk berhenti saja," curhatnya.

Namun ternyata motivator dari Pemkot justru memintanya ikut banyak kesempatan pameran produk. Ia bahkan sempat ditawari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk dibuatkan tempat produksi untuk keset.

Lantaran dorongan untuk meneruskan usaha UKM keset ini besar dan pasar juga mengapresiasi produk kampung Jojoran ia memutuskan untuk tetap mengembangkan usaha keset ini.

Dengan terus memanfaatkan kain perca dan menginovasikan karakter dan model keset, kini produknya sudah banyak pembelinya.

"Alhamdulillah sekarang peminatnya banyak. Sebulan bisa membuat sampai 200 keset karakter. Omsetnya saat ini Rp 10 juta dengan laba antara 40 hingga 50 persen," katanya.

Menurutnya pembuatannya memang lebih mudah dari keset dari kain goni. Keset kain goni dibuat manual sehingga prosesnya lama. Sedangkan untuk keset ini dilakukan dengan teknik menjahit dengan mesin. Kain perca dipotong memanjang dan dibuat pola lipit atau dilipat rapat baru dibagian tengahnya dijahit dengan mesin.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved