Pemkot Surabaya

Surabaya Disebut Hampir Tidak Berpengaruh terhadap Kelangkaan Garam, ternyata ini Alasannya

“Surabaya tidak terlalu terdampak kelangkaan garam. Tidak seperti kelangkaan gula atau beras," ujar Arini Pakistyaningsih.

Penulis: Fatimatuz Zahro | Editor: Parmin
surya/fatimatuz zahro
Arini Pakistyaningsih. 

SURYA.CO.ID | SURABAYA – Kelangkaan garam dikatakan Kepala Dinas Perdagangan Kota Surabaya tidak begitu berdampak bagi warga Surabaya. Sebab penggunaan garam di Surabaya terbilang tidak banyak dan cenderung hanya untuk konsumsi memasak sehari-hari.

Namun, kelangkaan garam ini turut diantisipasi oleh Pemerintah Kota Surabaya. Melalui Dinas Perdagangan, Pemkot setiap hari akan menggelar operasi pasar dan menyediakan komoditas barang berupa garam.

“Surabaya tidak terlalu terdampak kelangkaan garam. Tidak seperti kelangkaan gula atau beras. Sebab kebutuhannya tiddak sampai dalam jumlah besar. Paling per keluarga hanya sedikit garam yang digunakan,” ucap Kepala Dinas Perdagangan Kota Surabaya Arini Pakistyaningsih,  Senin (24/7/2017).

Wanita berkerudung ini menyebutkan, untuk memudahkan warga mendapatkan garam, komoditas tersebut akan diikutkan dalam item operasi pasar yang setiap harinya digelar oleh Dinas Perdagangan bersama PD Pasar Surya.

“Kita masukkan dalam item yang kita jual di operasi pasar. Tapi jumlah yang kita sediakan tidak sebanyak beras dan gula. Sebab ternyata tidak setiap hari laku untuk garam, kadang laku kadang tiddak,” ucapnya.

Lebih lanjut, harga yang dipatok untuk harga garam di operasi pasar ini tentunya dikatakan Arini lebih murah dibandingkan harga biasanya. Yaitu dijual dengan harg Rp 5 ribu perkilogramnya.

Namun harganaya dibuat berbeda-beda sesuai dengan ukuran yang diiningkan oleh warga. Sebab Dinas Perdagangan menyediakan mulai pecahan satu ons, dua ons, dan ukuran eceran lain.

Soal kelangkaan garam ini, menurut analisa Dinas Perdagangan, disebabkan karena tata kelola adminitrasi yang masih belum benar. Dan saat ini sedang dibahas dengan wali kota Surabaya.

“Dalam tata kelola perdagangan, garam banyak dikuasai oleh kartel. Dimana pengusaha itu banyak mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri. Sehingga menyebabkan adanya lonjakan harga,” katanya.
Termasuk saat ini harga garam yang mencapai Rp 6.000 hingga Rp 8.000 perkilogramnya.

Selain itu juga dimungkinkan sebab kelangkaan garam adalah gagal panen oleh petani.

Yang menyebabkan permintaan dan suplai barang tidak seimbang. Serta ada pula kemungkinan penyebabkan adalah oknum nakal yang suka menimbun barang dan mempermainkan harga garam.

“Makanya, menurutnya saya yang harus diperbaiki adalah tata kelola perdagangannya dulu,” tandasnya.

Untuk operasi pasar yang diselenggarakan oleh Dinas Perdaganga, setiap harinya diselenggarakan di empat titik secara bergiliran di kantor kelurahan ataupun balai RW.

Jadwalnya bisa dilihat secara update melalui website Dinas Perdagangan.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved