Berita Politik
Kiai Kampung Sayangkan Sikap Kiai Sepuh NU Surati PKB Jatim, begini Alasannya
Ketua FK3JT, Fahrur Rozie, mengatakan surat tersebut telah dibumbui aroma politik. Hal it terlihat dari tujuan yang diberikan kepada partai politik.
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Parmin
lihat foto
SURYA.co.id | SURABAYA - Surat dari kiai sepuh Nahdlatul Ulama (NU) kepada ketua DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Halim Iskandar, berbuntut. Kini, muncul kritikan dari beberapa kiai yang tergabung dalam Forum Komunikasi Kiai Kampung Jawa Timur (FK3JT) yang menganggap manuver politik kiai NU tersebut terlalu tendensius.
Ketua FK3JT, Fahrur Rozie, mengatakan surat tersebut telah dibumbui aroma politik. Hal tersebut terlihat dari tujuan yang diberikan kepada partai politik dan berisi imbauan soal pilkada.
Padahal, menurut Fahrur, sebagai kiai sepuh, mereka seharusnya tidak diperbolehkan masuk ranah politik. Oleh karena itu, dia menyebut ke-21 nama kiai yang menandatangani surat ini telah melenceng dari tugas awal kiai sepuh NU.
"Berdasarkan hasil muktamar di Situbondo (Muktamar NU ke-27 tahun 1984 silam), tugas kiai NU seharusnya kembali ke kittohnya. Maksudnya, mereka tak lagi masuk ke dalam ranah politik," tandas pria yang akrab dipanggil Gus Fahrur ini dalam acara temu jurnalis di Sari Nusantara, Surabaya, Selasa (23/5/2017).
Menurutnya, ada tugas lebih penting dihadapi kiai NU, yakni empat pilar demokrasi.
"Tugas Beliau ini lebih berat, karena mereka memiliki peran menjaga Pancasila, UUD 45, NKRI, hingga melindungi kebhinekaan," kata Fahrur.
Sehingga, kiai harus menjaga netralitas, terutama menjelang pilkada Jatim mendatang.
"Para kiai seharusnya tak memberikan rekomendasi terkait siapa yang akan didukung oleh NU. Sebaliknya, mereka harus tetap netral. Sebab, dari kalangan NU akan ada banyak kader potensial yang bisa maju sebagai bacagub. lni justru menjadi kelebihan NU," pungkas Fahrur.
