Berita Banyuwangi
Rajuli, Generasi Ketujuh pembuat Omprok Gandrung di Banyuwangi
Omprok bagi kakek 68 tahun di Banyuwangi ini bukan sekadar untuk mencari uang. Tetapi inilah jalan hidup dan tanggung jawab yang harus dia emban.
Penulis: Haorrahman | Editor: Eben Haezer Panca
SURYA.co.id | BANYUWANGI - Meski usianya telah menapaki 68 tahun, tangan Rajuli terlihat lincah memahat kulit sapi. Kulit-kulit sapi itu dijadikan omprok untuk penari gandrung. Bagi warga Dusun Krajan, Desa Mangir itu, membuat omprok telah dilakukan keluarganya selama tujuh turunan.
"Pekerjaan ini sudah dari tujuh turunan. Kebetulan saya ini keturunan ketujuh," kata Rajuli, Minggu (7/5/2017).
Omprok merupakan hiasan pada mahkota yang dikenakan di kepala penari gandrung. Omprok ini termasuk dalam ciri khas tari gandrung Banyuwangi, yang merupakan seni tari asli Banyuwangi.
Bagi Rajuli, membuat omprok gandrung bukan hanya sekadar mencari nafkah. Namun lebih dari itu. Omprok gandrung merupakan tanggung jawab dari garis keturunannya untuk melestarikan seni gandrung.
"Ini seperti tanggung jawab dari keluarga. Dulu saya diajari oleh kakek saya. Sekarang giliran saya mengajarkan pada anak dan cucu saya," kata kakek yang memiliki dua anak dan empat cucu itu.
Itulah yang membuat Rajuli mengajak anak dan cucunya untuk belajar membuat omprok gandrung. Ciri khas dari omprok gandrung buatan Rajuli terbuat dari kulit sapi.
Rajuli tidak pernah membuat omprok selain kulit sapi. Karyanya rapi dan teliti. Dia memahat kulit-kulit sapi itu dengan paku kecil dan palu.
"Proses yang paling rumit adalah memahat. Butuh ketelitian ekstra. Setelah itu tinggal merangkai saja," kata Rajuli.
Itulah yang membuat butuh waktu lama untuk membuat omprok. Dalam satu bulan, karena kerumitan pahatan, Rajuli hanya mampu membuat dua sampai tiga omprok saja.
"Tergantung dari ketahanan fisik. Pernah satu omprok saya kerjakan selama satu minggu," kata Rajuli.
Membuat omprok gandrung sebenarnya bukanlah hal yang menguntungkan secara ekonomi. Satu omprok dijual seharga Rp 500.000. Jadi dalam sebulan, apabila hanya bisa membuat membuat dua omprok, Rajuli hanya mendapat Rp 1 juta.
"Bukan uang yang utama, tapi bagaimana menjaga tradisi dan seni gandrung tetap lestari," kata Rajuli.
Tidak hanya omprok, Rajuli juga bisa membuat gendang, angklung, dan pakaian gandrung.
Bagi Rajuli, gandrung adalah sesuatu yang tidak terlepaskan. Sejak 1958, Rajuli telah terlibat di gandrung. Dia dulu rupakan penabuh gandrung. Itulah yang membuat Rajuli, beberapa kali keluar negeri seperti Meksiko, Kanada, Jepang, untuk memperkenalkan gandrung.