Sambang Kampung
Tempe Daun Waru Khas Kedung Baruk Rungkut, Bisa Tahan hingga 4 Hari
Tempe Ini Hanya Diproduksi di Kelurahan Kedung Baruk, Rungkut. Proses Produksinya Lebih Lama dan Bisa Bertahan hingga 4 Hari.
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Musahadah
SURYA.co.id I SURABAYA - Peluang wirausaha menjadi penghasilan tambahan bagi ibu rumah tangga.
Hal ini yang ditangkap Lintiani (53), warga RW 4 Kelurahan Kedung Baruk, Rungkut yang melirik usaha pembuatan tempe sejak mendapat pelatihan dan pemberian bantuan alat dari pemerintah pada tahun 2009.
Ia bersama ibu rumah tangga di sekitarnya mulai aktif membuat tempe.
Karena isu lingkungan menjadi perhatian kelurahan Kedung Baruk sejak tahun 2012, akhirnya, ia berinovasi dengan kemasan tempe menggunakan daun waru.
Bentuk tempe yang seperti hati dengan ukuran yang cukup besar membuat tempe bisa dikemas dengan bentuk segitiga.
Wanita yang akrab dipanggil bu Zidan ini mengungkapkan awalnya mengambil daun waru di pinggir jalan kemudian menanamnya di pekarangan rumah.
“Waktu itu lancar, pesanan banyak. Bisa sampai bikin 20 kilogram. Tetapi kemudian ibu-ibunya banyak yang punya kesibukan lain atau pulang ke kampung halaman,” lanjutnya.
Proses produksi bahkan sempat gulung tikar karena tak adanya yang membantunya.
Namun, banyaknya pesanan dari warga sekitar hingga kecamatan membuatnya kembali memproduksi tempe daun Waru.
“Tempe dengan daun Waru itu khas Kedung Baruk. Semua produsen tempe juga tahu. Karena ditempat lain pakai daun pisang,” jelas wanita yang juga istri ketua RW ini.
Proses produksi akhirnya kembali berjalan, meskipun dengan kapasitas yang terbatas.
Karena hanya dibantu anak bungsu dan suami, sehingga produksi dilakukan sesuai waktu luang mereka.
“Selain keunggulan tempe ramah lingkungan ini, tempe lebih awet juga. Karena proses pencucian 2 kali, sehingga sangat bersih. Bisa bertahan 4 hari,”jelasnya.
Karena unik, tempe daun Waru ini juga dijual lebih mahal. Berdasarkan takaran kedelai yang dipakai, jumlah kedelai dalam jika tempe menggunakan kemasan plastik 3 kali lebih banyak.
Jika tempe dengan kemasan plastik dijual satuan Rp 2.000, tempe daun waru ini dijual Rp 1.000 per biji.
“Kalau yang daun waru ini jualnya per 5 biji, jadi Rp 5 ribu. Kalau pameran produk unggulan, kami susun sampai seperti piramida,” lanjutnya.
Tempe daun Waru hanya dibuat berdasarkan pesanan. Itupun harus dilakukan 2 hari sebelum tempe jadi.
“Jadinya tempe memang cukup lama, jadi saya buat selalu berdasarkan pesanan. Yang penting masih ada tempe daun waru,”pungkasnya.