Sambang Kampung
Kampung Bordir di Rungkut nan tak Luruh oleh Waktu
Sejumlah tempat di kawasan Rungkut dikenal sebagai sentra industri jasa rumahan pembuatan bordir. Begini kisah para perajin di sana...
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Eben Haezer Panca
SURYA.co.id | SURABAYA - Industri jasa rumahan pembuatan bordir di kawasan Rungkut, Surabaya, terus bergeliat.
Sentra usaha kecil yang merupakan buah karya program pemerintah kota Surabaya ini terus melayani ratusan pemesan tiap bulannya.
Satu di antara penjahit bordir yang masih bertahan adalah Lilik Zulfihyah.
Lilik, begitu perempuan ini dipanggil juga didaulat menjadi ketua kelompok perajin bordir di tempat ini sejak kelompok ini berdiri tujuh tahun lalu.
Kelompok perajin di bawah koordinasi Lilik berjumlah tujuh orang yang terbagi di dua tempat. Dua perajin di wilayah Kedung Baruk, sedangkan sisanya di wilayah Penjaringan.
"Masing-masing perajin memiliki kekhasan karya berbeda-beda," ungkap Lilik ketika ditemui Surya di kediamannya yang juga menjadi lokasi tempat kerjanya.
Lilik mengaku lebih suka produksi hiasan bordir pada kebaya, jilbab dan mukena. Namun, ada juga perajin lain yang secara khusus mengerjakan bordir pada dompet, tempat tissue, hingga taplak. Motif bordirnya pun berbeda-beda. Ada yang berbentuk bunga, hewan, hingga hiasan lainnya. .
"Untuk membuat gambar bordir dengan gradasi warna, kami mengombinasikan dua warna benang yang hampir memiliki kesamaan warna. Bedanya, ada pada gelap dan terang," jelas Lilik.
Untuk pemasaran produk tidak terbatas di Surabaya saja. Namun banyak juga permintaan dari Bali hingga Jakarta. Khusus di Surabaya, ia memasarkan produknya di ITC mal, Cito, dan Siola. Ada pula yang ia jual di sebuah toko bordir di Sidoarjo.
"Untuk pemasaran ke luar kota, saya mempunyai rekanan yang mau memasarkan," lanjut perempuan 38 tahun ini.
Untuk melayani pesanan tersebut, ia dibantu oleh empat orang karyawan dengan sistem borongan.
Menariknya, ia juga pernah mendapat tawaran pengerajaan bordir serupa dari penrajin asal Tasikmalaya. Sebagaimana diketahui, Tasik memang memiliki produk kerajinan bordir unggulan.
Di tempat tinggalnya, ada empat mesin jahit yang ia gunakan. Semuanya merupakan mesin jahit konvensional. Mereka tidak tertarik menggunakan bordir dengan sistem komputer.
"Kalau pakai komputer itu namanya bukan perajin. Namun, pekerja. Sebab, yang mengerjakan adalah komputer," pungkasnya.