Berita Ekonomi Bisnis

Ekspor Alas Kaki Jatim Turun 4,95 Persen, Hal ini Disebut Kendalanya

"Untuk pasar Eropa Barat, Indonesia sudah kalah dengan Eropa Timur. Lantaran jarak dan harga, Eropa Barat lebih suka mengimpor dari Eropa Timur."

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: Parmin
kontan/muradi
Ilustrasi 

SURYA.co.id | SURABAYA - Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Jawa Timur, Winyoto Gunawan, menyebutkan ekspor alas kaki dari Jatim di pasar Amerika Serikat (AS), terkena bea masuk yang lebih mahal dibanding negara lainnya.

"Salah satunya dengan Vietnam. Dimana ekspor Indonesia terkena bea masuk yang lebih mahal sebesar 4,95 persen dibanding Vietnam," jelas Winyoto, Selasa (17/1/2017).

Lebih lanjut, Winyoto menyebutkan kondisi itu membuat daya saing produk Indonesia menjadi kalah. Tidak hanya dengan Vietnam saja, tapi juga dengan negara-negara Eropa Timur.

"Untuk pasar Eropa Barat, Indonesia sudah kalah dengan Eropa Timur. Lantaran jarak dan harga, Eropa Barat lebih suka mengimpor dari Eropa Timur,” ujar Winyoto.

Dia menambahkan, pengiriman alas kaki dari Eropa Timur ke Eropa Barat hanya membutuhkan waktu 2 hari. Sedangkan pengiriman dari Indonesia bisa memakan waktu 3 minggu bahkan 1 bulan. Selain itu, buyer dari Eropa Barat biasanya juga meminta bahan baku harus berasal dari sana.

Belum lagi, tidak adanya bea masuk dari negara Eropa Timur ke Eropa Barat semakin menguntungkan buyer dari sana.

"Kalau impor dari Indonesia bisa kena bea masuk sebesar 5 persen. Jadi, harga alas kaki dari Eropa Timur bisa selisih 10 sampai 15 persen lebih murah,” ungkapnya.

Menurut Winyoto, ada faktor G to G (Government to Government) yang masih kurang dilakukan pemerintah.
"Pemerintah sudah sering dihimbau untuk meningkatkan kerjasama dengan pasar tujuan ekspor. Tetapi nyatanya masih belum terjadi," lanjut Winyoto.

Tercatat di Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, nilai ekspor alas kaki Jatim pada 2015 mencapai 523,921 juta dolar Amerika Serikat (AS), turun menjadi 502,724 juta dolar AS di 2016. Nilai itu mengalami penurunan sebesar 4,05 persen. Pasar ekspor alas kaki Jatim terbesar kedua setelah Eropa Barat adalah Amerika Serikat.

Berdasarkan data Footwear Distributors and Retailers of America (FDRA) pada semester pertama tahun 2016 impor alas kaki AS mengalami penurunan sebesar 6,24 persen.

Secara nilai, impor alas kaki AS menurun sebesar 5,84 persen. Setelah Amerika Serikat, ekspor alas kaki Indonesia ditujukan ke Asia.

“Untuk Asia porsinya kecil karena mayoritas negara Asia mengandalkan pembelian dalam negeri sebab juga punya pabrik alas kaki di masing-masing negara. Seperti Malaysia mereka juga dipasok dari dalam negeri,” terang Winyoto.

Sedangkan untuk pasar Timur Tengah selama ini sudah dipenuhi oleh Tiongkok sehingga menyulitkan produsen dalam negeri untuk masuk ke sana.

“Harga bahan baku juga mengalami kenaikan sebesar 5 persen. Saat ini ada sedikit kendala bahan baku menyusul ditutupnya beberapa pabrik berbasis kimia untuk bahan baku alas kaki di Tiongkok dan Eropa lantaran pencemaran lingkungan,” ungkapnya.

Meskipun begitu, Indonesia merupakan produsen alas kaki terbesar keempat di Asia dengan pangsa pasar mencapai 4,4 persen.

Produsen alas kaki terbesar di Asia masih ditempati oleh Tiongkok, India, Vietnam baru Indonesia.

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved