Berita Surabaya

Warga Bantaran Kali di Kota Surabaya Berharap Ada Pendampingan Kader

Menurutnya, dengan adanya pendampingan atau kader dapat membantu kesulitan warga yang ingin maju berbenah.

Penulis: Rorry Nurwawati | Editor: Titis Jati Permata
surya/ahmad zaimul haq
Pemukiman kumuh di Kelurahan Simokerto, Kecamatan Simokerto, Kota Surabaya, Kamis (12/1/2017). 

SURYA.co.id | SURABAYA - Kondisi perkampungan yang kurang layak, terutama untuk sanitasi dan lingkungan yang kumuh, membuat warga masyarakat setempat jengah (tidak nyaman-Red).

Mereka sebenarnya menginginkan ada perubahan di perkampungan.

Sayangnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dianggap kurang dalam memberikan pemberdayaan kepada warga.

Masruroh, warga Sidotopo ini, mengungkapkan, Pemkot Surabaya dinilai kurang memberikan pemahaman kepada warga.

Terlebih, pembelajaran bagi warga yang bertempat tinggal di bantaran kali.

Tidak hanya itu, ia berharap, pemberian pengetahuan itu bisa secara intens.

"Karena memang sudah menjadi kebiasaan dari dulu, kalau tidak dikasih tau secara terus menerus, pasti tidak berubah," ujar Masruroh, Kamis (12/1/2017).

Ia menambahkan, warga pernah mendapat sosialisasi tetapi hanya beberapa kali saat itu, dan tidak ada kelanjutannya lagi.

Bila Pemkot Surabaya ingin menuntaskan masalah sanitasi dan pemukiman kumuh, lanjut Masruroh, seharusnya lebih serius dalam pengerjaannya.

Misalnya saja, ada pendampingan dari kader-kader. Sehingga, sistem kontrol di masyarakat akan terlaksana.

"Setahu saya belum ada pendampingan atau kader. Tetapi kurang tahu lagi kalau disini masih nunggu antrean untuk pemberdayaan. Seingat saya, masih belum ada pelatihan soal limbah lagi disini," paparnya.

Hal senada diutarakan Robiatul Mukarromah. Menurutnya, dengan adanya pendampingan atau kader dapat membantu kesulitan warga yang ingin maju berbenah.

Pasalnya, melalui pendampingan itu, warga masyarakat akan termotivasi untuk menjadikan perkampungannya lebih layak huni.

"Senang kalau misal ada kader. Kenapa begitu? Misal begini kami mau kelola atau manfaatkan air limbah, bagaimana caranya supaya bisa dipakai kembali airnya untuk dimanfaatkan sebagai siram tanaman," katanya.

Robiatul mengungkapkan, untuk membuat saringan instalasinya itu sulit. "Kalau disuruh buat sendiri-sendiri akan kesulitan," imbuhnya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved