Berita Ekonomi Bisnis

Ekspor Jatim ke Tiongkok masih Wait and See, Penyebabnya ternyata . . .

DARI DATA Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, eskpor Jatim sepanjang Januari-November 2016 mencapai 17,4 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: Parmin
surya/rahadian bagus
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementrian Perdagangan, Arlinda meninjau sejumlah kebutuhan pokok di Pasar Kojo dan Pasar Besar Kota Madiun, Selasa (27/12/2016) siang. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Pertumbuhan ekonomi Tiongkok hingga akhir tahun 2016 tercatat turun dari 8 persen ke 6 persen.

Hal ini diprediksi akan mengancam neraca perdagangan Jawa Timur di tahun 2017. Karena Tiongkok tercatat sebagai negara tujuan ekspor terbesar kedua setelah Amerika Serikat (AS).

"Tahun-tahun sebelumnya, Tiongkok konsisten pertumbuhan ekonominya stabil di 8 persen. Imbas ekspor ke Jatim akan ada wait and see," jelas Taufik Saleh, Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Jatim, pekan lalu.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, eskpor Jatim sepanjang Januari-November 2016 mencapai 17,4 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

Dari jumlah tersebut ekspor ke Tiongkok berkontribusi hingga 27 persen.

Melorotnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok itu juga membuat Tiongkok akan menahan impor. Termasuk impor dari di Jatim.

“Karena itu, potensi tergerusnya nilai ekspor ke Tiongkok tahun depan masih sangat besar. Sebab, pemerintah Tiongkok jelas akan mengetatkan anggaran,” lanjutnya.

Termasuk usaha Tiongkok untuk akan mengembalikan pertumbuhan ekonominya ke positif. Salah satu prediksinya Tiongkok akan menggenjot ekspornya secara besar-besarnya, termasuk ke Indonesia.

"Dan Indonesia jelas menjadi pasar yang paling besar bagi Tiongkok. Sebab, sudah ada aturan free trade agreement. Apalagi masyarakat Indonesia terkenal sangat konsumtif. Hal itu jelas bakal mengancam produk lokal di pasar domestik," jelas Taufik.

Jika hal tersebut benar-benar terjadi, maka produk domestik yang tergerus di pasaran otomatis bakal membuat pertumbuhan ekonomi terhambat.

“Karena itu, produk Indonesia harus bisa meningkatkan kualitas agar tak kalah dengan produk Tiongkok,” lanjutnya.

Meski demikian, Taufik yakin neraca perdagangan Jatim bakal surplus tahun depan. Karena kondisi ekonomi global yang membaik membuat belanja negara raksasa dunia juga ikut terkerek.

Meski Tiongkok cenderung menahan impor, namun permintaan ekspor ke negara seperti Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa terus menunjukan tren kenaikan.

"Dengan demikian, tahun depan neraca perdagangan Jatim berpotensi surplus lagi. Dengan beberapa komoditi lawas yang masih jadi andalan, seperti logam dan batu mulia, kayu, hingga permintaan migas yang tahun depan akan cenderung naik," tandasnya.

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved