Berita Surabaya

Kisah Mantan Atlet Sepeda Peraih Emas di Sea Games, Kini Jadi Penarik Becak

Meski tercatat sebagai penyumbang medali emas untuk Indonesia di Sea Games 1979, jangan membayangkan Suharto hidup mewah dan memiliki rumah megah.

Penulis: Eben Haezer Panca | Editor: Rahadian Bagus Priambodo
Surya/Eben Haezer Panca
Suharto (64) tercatat sebagai penyumbang medali emas untuk Indonesia di Sea Games 1979. Kini mantan atlet sepeda Surabaya ini bekerja sebagai pengayuh becak untuk menyambung hidup. 

Tidak tanggung-tanggung, Suharto yang selama masa remajanya tidak pernah mendapat training khusus dari pelatih sepeda, sanggup menyingkirkan atlet-atlet berpengalaman.

“Bangganya bukan main. Apalagi lawan-lawan yang dikalahkan adalah atlet-atlet TC,” kata pria yang pernah menolak tawaran melatih di Malaysia dengan dalih nasionalisme tersebut.

df

Sejak kemenangan di Walikota Surabaya Cup itulah Suharto dilirik oleh KONI. Dia pun diajak bergabung dalam Puslatda untuk mewakili Jawa Timur dalam berbagai event. Berikutnya, dia pun dipercaya mewakili Indonesia dalam berbagai event.

Beberapa prestasi yang pernah dia torehkan, antara lain dua medali perak dalam ajang Tour de Thailand pada 1976 serta 3 perak dan 3 perunggu di ajang Tour de Issi yang berlangsung di Sulawesi pada tahun yang sama.

Dia juga menyumbangkan dua medali emas, satu medali perak, serta dua medali perunggu untuk Jawa Timur pada ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) 1977 di Jakarta.

“Yang paling membanggakan saya adalah Sea Games 1979 di Kuala Lumpur karena berhasil menyumbang emas untuk Indonesia. Sebelumnya, tahun 1978 saya juga berhasil mendapat medali perunggu pada ajang open turnamen di China,” kenangnya.

Meski banjir prestasi, namun yang diperoleh Suharto hanyalah kebanggan semata. Tidak ada bonus dan jaminan hidup layak dari pemerintah di kala itu, menjadikan Suharto putus asa.

Usai Sea Games 1979, dia pun memutuskan untuk “mengandangkan” sepedanya. Dia tidak lagi berkiprah di arena balap.

Untuk menyambung hidup, Suharto pernah mencoba berbagai pekerjaan. Namun pada akhirnya hidupnya memang tidak bisa jauh dari pedal. Namun kali ini bukan lagi pedal sepeda, melainkan pedal becak.

Dari pekerjaan itu, dalam sehari dia mendapatkan uang rata-rata sebesar Rp 50.000. Kalau rezeki sedang melimpah, di akhir hari dia bisa membawa pulang uang Rp 100.000.

“Cukup tidak cukup, ya harus dicukup-cukupkan,” sebut bapak tiga anak itu.

Kecewa Pada Risma

Di tengah kondisi ekonomi yang serba sulit, Suharto bukannya tidak punya rencana untuk membangun hidup yang lebih baik. Bahkan, dia pernah punya keinginan untuk membangun usaha sendiri.

Namun apa daya, penghasilan sehari-hari tidak pernah cukup untuk dijadikan modal.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved