Berita Surabaya

Kisah Mantan Atlet Sepeda Peraih Emas di Sea Games, Kini Jadi Penarik Becak

Meski tercatat sebagai penyumbang medali emas untuk Indonesia di Sea Games 1979, jangan membayangkan Suharto hidup mewah dan memiliki rumah megah.

Penulis: Eben Haezer Panca | Editor: Rahadian Bagus Priambodo
Surya/Eben Haezer Panca
Suharto (64) tercatat sebagai penyumbang medali emas untuk Indonesia di Sea Games 1979. Kini mantan atlet sepeda Surabaya ini bekerja sebagai pengayuh becak untuk menyambung hidup. 

Di rumah berdinding triplek itu, tidak banyak ruang untuk meletakkan berbagai jenis barang. Saking sempitnya, untuk bisa masuk ke dalam, kaki mesti hati-hati betul saat melangkah.

Sebab, di lantainya berserak berbagai barang dan keperluan sehari-hari seperti pakaian, kipas angin, kotak-kotak makanan, sangkar burung, hingga keranjang berisi telur.

“Ini telur untuk bahan bikin martabak. Kalau sore, istri saya memang juga jualan martabak di dekat sini,” ujar Suharto.

Hari itu Suharto memang pulang lebih awal dibanding biasanya.

df

Selain karena tidak banyak penumpang yang bisa diangkutnya hari itu, hernia yang semakin parah, memaksanya harus beristirahat lebih awal.

Sejak dua tahun belakangan, hernia di perutnya memang kian parah. Kalau pada 2011 silam penyakit itu hanya menyerang perut sebelah kanan, kini perut sisi kirinya juga ikut terserang.

Operasi yang pernah dia jalani, rupanya tidak banyak membantu menyembuhkannya.

Untuk menyiasati agar aktivitasnya tidak terlalu terganggu oleh penyakit itu, sehari-hari Suharto mengikat perutnya dengan karet ban yang diikat dengan dua balok kayu.

Dua balok kayu itulah yang menjadi alat untuk menyangga hernia di perutnya.

“Mau berobat ke dokter juga tidak ada uang. Penghasilan dari menarik becak sehari-hari ya cuma cukup buat makan,” katanya.

Banjir Prestasi

Perjuangan Suharto di dunia balap sepeda memang tidak pernah ringan. Untuk mewujudkan mimpi sebagai atlet profesional misalnya, Suharto muda terpaksa meminta bantuan dari kedua orangtuanya.

Seperangkat perhiasan serta dua unit sepeda motor terpaksa mereka jual agar Suharto memiliki sepeda yang andal. Sebuah sepeda balap mahal buatan Italia yang kala itu dijual di kawasan Jl Tunjungan, Surabaya.

Tetapi pengorbanan kedua orangtuanya tak sia-sia. Pada 1974, sepeda impian itu berhasil menjadikannya sebagai juara pada ajang Walikota Surabaya Cup.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved