Tanpa Guru, Penari Saman Belajar Gerakan Lewat Google dan YouTube

SURYA.co.id | SURABAYA - Untuk mendalami tari Saman, anggota Edsaman sama sekali tak punya guru khusus.

“Tari tradisional dari Aceh ini kami pelajari secara otodidak. Kalau pun ada itu adalah kakak kelas yang kami ajak untuk mengajarkan kami gerakan tari Saman,” imbuh Sofiari Falianda yang juga anggota Edsaman.

Tak hanya gerakan tari. Untuk memainkan alat musik pengiring tari Saman ini pun mereka mengandalkan informasi dari Google dan YouTube.

“Kami bersyukur niat kami menghadirkan tari khas Aceh ini dapat tanggapan positif masyarakat,” urai gadis yang akrab disapa Sofi ini.

Baik Lisna maupun Sofi mengaku, Edsaman terbentuk karena fakultas tempat mereka menempuh pendidikan ingin mencari pemilik bakat tari tradisional.

“Awalnya tentu mencari penari khas Jawa Timur. Namun, setelah mencari informasi dari beberapa jurusan ternyata kebanyakan menggeluti tari Saman. Jadi tari itulah yang kami tekuni bersama dan kami bentuk komunitasnya,” kata Lisna.

Mereka latihan setiap hari Senin dan Jumat sore. Bila ada jadwal pementasan, agenda latihan pun ditingkatkan sesuai kesepakatan bersama.

Setelah menguasai tari Saman, kini mereka mencari kesempatan untuk ikut lomba.

“Kami ingin buktikan bahwa tari yang kami pelajari secara otodidak ini tak kalah dengan yang dilakukan komunitas lainnya,” ucap Lisna.

Edsaman adalah Komunitas Pecinta Kebudayaan Aceh yang anggotanya mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Surabaya.

Ketika dibentuk pada tahun 2011, anggota Edsaman hanya sekitar sembilan orang, dan kini berkembang menjadi 15 orang.

Kamis (23/6), sembilan anggota Edsaman diundang Ciputra World Mall Surabaya untuk menghibur anak-anak yatim piatu di Kirkos Bar & Restaurant.

Acara bertajuk Blissful Ramadhan itu juga diisi Moslem Fashion Show, dan model anak-anak, serta atraksi badut.