Ramadan 1437 H
Syafiq Mughni, Anak Penjual Gule yang Senang Tidur Langgar
Mantan Rektor Unmuh Sidaorjo ini kini kerap menjadi delegasi Islam Indonesia di dunia internasional.
Penulis: Nuraini Faiq | Editor: Parmin
SURYA.co.id | SURABAYA - Rileks, santun, dan easy going. Inilah sosok Syafiq Mughni.
Mau ngobrol di mana saja dan dengan suasana apa saja, Syafiq tidak mempermasalahkan.
Mantan Rektor Unmuh Sidaorjo ini kini kerap menjadi delegasi Islam Indonesia di dunia internasional.
Saat berbincang dengan Surya.co.id beberapa waktu lalu, alumnus PhD dari AS dengan beasiswa ini tak menduga bahwa perjalanan pendidikannya akan seperti saat ini.
"Saya hanya ingin menjadi guru," tekad Syafiq saat masih di kampungnya.
Syafiq dibesarkan di lingkungan relijius di sebuah kampung di Paciran, Lamongan.
Saat masih usia SD, dia tak pernah tidur di rumah. Syafiq lebih sering menghabiskan waktu malamnya di langgar sebelum ke Ponpes. Bangun subuh.
"Suasana paling saya rindukan adalah Ramadan di kampung halaman. Sepanjang hari diisi dengan mengaji. Linkungan semua fokus di kegiatan ini," kenang anak penjual gule di Desa Paciran ini.
Mulai sahur, Salat Subuh kemudian mengaji. Istirahat sebentar, habis Dhuhur kembali mengaji kitab dan mengaji Alquran, tadarus pada malam hari.
Semasa kecil, Syafiq begitu mendambakan menjadi guru ngaji. Sebab di lingkungan kampungnya, guru ngaji, guru madrasah, dan guru sekolah begitu dihargai.
Orang begitu menghargai profesi ini. Namun impian itu berkembang seiring lingkungan yang membangunnya.
Saat Mondok dan kemudian di IAIN, cita-cita itu berkembang ingin menjadi dosen.
Impian itu diraihnya. Sebelum lulus, Syafiq sudah menjadi asisten dosen di kampusnya hingga menjadi pegawai.
Dia sempat mengimpikan bisa belajar ke Timur Tengah mendalami agama. Kemudian seiring lingkungan, tak hanya ke Timur Tengah, tapi berkembang ke AS.
Namun, dia sadar bahwa ada keterbatasan bahasa Inggris. Saat mengejar impian itu, dia kursus keras mengejar beasiswa.
Dia ingin alumnus keagamaan bisa belajar di AS. Meski itu sulit.
"Berkat kerja keras dan doa orangtua, semua bisa diraih," kenangnya.