Berita Bangkalan Madura

Prospek Pabrik Tekstil untuk Batik Madura Terkendala Bahan Baku Kapas

#BANGKALAN - Apalagi, produksi batik di Bangkalan mampu mencapai 40 ribu lembar per bulan dengan perputaran uang mencapai Rp 8 miliar per bulan.

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Yuli
ahmad faisol
BATIK MADURA - Bangkalan sebagai kabupaten penghasil batik hingga saat ini belum mempunyai pabrik tekstil. Perajin harus membeli kain ke Pekalongan. 

SURYA.co.id | BANGKALAN - Prospek pendirian pabrik tekstil di Bangkalan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan kain Batik Madura tampaknya akan terkendala ketersediaan bahan baku kapas.

Struktur lahan pertanian seluas sekitar 29 ribu hektare yang terhampar di 18 kecamatan belum diketahui apakah cocok untuk ditanami kapas. Begitu juga para petani, belum dibekali cara bertani kapas.

"Untuk kapas, selama ini belum pernah mencoba karena tidak ada anggaran yang berbunyi perluasan lahan untuk pengembangan kapas," ungkap Kepala Bidang Produksi Padi dan Holtikultura Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertanak) Bangkalan Heri Geger Susanto, Minggu (3/1/2016).

Ia menjelaskan, dibutuhkan upaya pebelajaran terhadap para petani yang sudah terbiasa tanam padi, jagung, dan kedelai. Dibutuhkan pula lahan demplot untuk percobaan penanaman pohon kapuk.

"Saya pikir kami belum berani jika di sini ada pabrik tekstil. Butuh pengkajian apakah bertani kapas membutuhkan lahan berpasir atau lempung. Para petani juga masih buta soal kapas," jelas.

Bertani kapas sebagai pendukung prospek pendirian pabrik tekstil, dinilai Heri merupakan langkah spekulatif di tengah gencarnya upaya pencapaian swasembada pangan nasional.

"Jika dipaksakan tidak bagus. Di satu sisi kebutuhan pangan masih besar. Ketergantungan kepada nasi sangat tinggi. Padi masih menjadi prioritas, kedua jagung dan kedelai," ujarnya.

Namun, lanjutnya, peluang untuk menanam kapas masih terbuka kendati dalam skala kecil. Selain pembekalan menanam, petani juga harus mengetahui dampak penanaman kapas, prospek, dan cara memasarkan kapas.

"Saya kira para petani tidak mau ruwet karena menanam padi dan jagunng hasilnya sudah cukup bagi mereka. Terpenting, bagaimana merubah mind set bertani padi ke kapas. Itu yang diperlukan," pungkasnya.

Seperti diketahui, Bangkalan sebagai kabupaten penghasil batik harus memenuhi kebutuhan kain dari Pekalongan karena di Bangkalan belum berdiri pabrik tekstil.

Catatan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Bangkalan menyebutkan, total perajin batik yang tersebar di Kecamatan Tanjung Bumi, Kota, Kokop, Modung, dan Burneh berjumlah 1.500 orang.

Dengan rata - rata harga per lembar kain batik sebesar Rp 20 ribu, para perajin membelanjakan uangnya sebesar Rp 9,6 miliar per tahun.

Pendirian pabrik tekstil diyakini Disperindag Bangkalan akan mampu memangkas cost belanja kain batik dari Pekalongan, membuka lapangan pekerjaan baru, dan mendongkrak Pendapatan Asli Daerah.

Apalagi, produksi batik di Bangkalan mampu mencapai 40 ribu lembar per bulan dengan perputaran uang mencapai Rp 8 miliar per bulan atau Rp 96 miliar per tahun.

  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved