Berita Surabaya

Kampung Pahlawan Kebersihan Asri tapi Tak Tersentuh Wali Kota

"Beginilah kondisi kampung kami. Lingkungan ini kami bangun sejak 2013 dari bantuan Astra," ujar Tri Priyanto.

Penulis: Wahjoe Harjanto | Editor: Parmin
surya/wahjoe harjanto
GERBANG KAMPUNG - Memasuki Gerbang Kampung Berseri Astra langsung ditunjukkan deretan rumah yang tertata rapi dan bersih dengan hijau tanaman menghiasi tiap rumah, Rabu (23/9/2015). 

SURYA.CO.ID | SURABAYA - Panasnya Kota Surabaya serasa tak lagi menyengat begitu memasuki Kampung Berseri Astra di Jl Keputih Tegal Timur Baru, Surabaya. Sejak memasuki Gapura Kampung, terlihat deretan rumah-rumah ukuran 4 x 12 meter, tertata rapi dengan hiasan tanaman toga dan bunga-bunga di setiap rumah.

"Beginilah kondisi kampung kami. Lingkungan ini kami bangun sejak 2013 dari bantuan Astra. Sejak itu kampung kami sering mengikuti lomba-lomba dan beberapa kali juga meraih juara," ujar Tri Priyanto, Ketua Tim Penataan Lingkungan sembari mengajak SURYA.CO.ID menyusuri jalan-jalan sepanjang kampung, Rabu (23/9/2015).

Tidak hanya deretan rumah yang tertata rapi dan berseri, di kampung yang dihuni sekitar 200 Kepala Keluarga (KK) tersebut juga terdapat petak-petak tanah yang dijadikan lumbung pangan warga. Yakni tanah kosong ukuran 4 x 12 meter yang ditanami sayur-mayur yang hasilnya dinikmati bersama.

"Ada tiga sentra tanaman yang kita fokuskan di kampung ini, yakni sentra lombok, sentra terong dan sentra tomat. Yang didekat gapura tadi sentra campursari, tanaman campur-campur," lanjur pria asal Jember itu.

"Yang bisa kami jual keluar baru buah markisa ini, sementara terong, tomat dan lombok untuk warga sendiri. Kami baru menjalankan pembiakan markisa ini sejak tahun ini," tambah Gatot, Ketua RT 3 RW 08 yang dipercaya warga mengembangkan hasil kebun kampung.

Untuk pengembangan buah markisa pun setiap rumah diberi galar-galar bantuan Astra juga, sebagai tempat merambat tanaman markisa. Tak heran setiap rumah kelihatan asri dengan ebrbagai tanaman.

Kampung Berseri Astra ini, saat ini sebagian besar warganya bekerja lepas pasukan kebersihan Kota Surabaya. Awalnya, bapak-bapak mereka adalah warga gusuran dari Bantaran Kali Mas yang waktu itu bekerja sebagai Pasukan Kuning, era Wali Kota Almarhum Poernomo Kasidi, tahun 1994.

"Namun entah Wali Kota Tri Rismaharini sekarang ini sepertinya enggan untuk mengakui kerberadaan kita. Bahkan setiap kita undang untuk datang, selalu menolak. Padahal kami beberapa kali juara kampung bersih," lanjut Tri yang memiliki empat anak itu.

Tak hanya itu, sejak 1994, kampung yang kini dihuni sekitar 2.000 jiwa itu, belum dapat menikmati PDAM, meski setiap warga memiliki KTP dan KSK.

"Beruntung ada Astra yang membantu mesin water treatment. Namun kalau musim kemarau begini, airnya juga tidak bisa dimanfaatkan karena rasanya asin. Kita beli ke perumahan sebelah, Bumi Marina," ujar Tri.

Gatot menambahkan, harapan warga, PDAM bisa masuk, walaupun berapa harus membayarnya, karena itu merupakan kebutuhan utama untuk hidup.

"Kami sudah mengajukan saluran PDAM sejak 2009, 2010 dan 2015 kemarin, tetapi tidak pernah ada realisasi," tambahnya.

Selain kampung berseri, asri dan hijau, meskipun kampung yang kini terdiri dari lima RT itu, berada hanya 7 Km dari Laut Jawa dan bersebelahan dengan bakas TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Keputih, warganya memiliki segudang aktivitas positif yang layak ditiru kampung lain, seperti rumah kompos, bank sampah, dan pengolahan limbah air.

"Produksi rumah kompos, mesinnya juga bantuan Astra, produksinya sementara digunakan bersama untuk memenuhi kebutuhan pupuk warga. Belum maksimal memang, tetapi hasil tanaman warga sudah cukup membantu kehidupan kami," terangnya.

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved