Tempo Doeloe
Ini Foto-foto Jamaah Haji Nusantara oleh Snouck Hurgronje, 131 Tahun Silam
Snouck Hurgronje memang pura-pura masuk Islam untuk menghancurkan umatnya, juga bangsa Aceh. Tapi berkat dia, kita tahu rupa haji kita tempo doeloe.
SURYA.co.id - Jumlah Jemaah Haji Indonesia tidak pernah menyusut, apapun kondisi ekonomi negeri ini. Nilai tukar dolar menguat atau melemah, semakin banyak saja umat Islam yang menunaikan ibadah haji.
Jangankan sekarang di zaman serba mudah, sebelum ada ada pesawat terbang pun, umat Islam Nusantara juga berbondong-bondong ke Tanah Suci. Mereka naik kapal selama berbulan-bulan.
Orang-orang tua yang juga mendengar cerita dari leluhurnya sering berkisah, bekal utama selama naik kapal yang lama itu berupa karak atau nasi kering. Agar lumayan enak dimakan lagi, karak disiram air panas menjelang dikonsumsi.
Bagaimana rupa jamaah haji Nusantara tempo doeloe?
Berikut ini foto-foto pertama para haji kita di Tanah Suci. Fotografernya Christiaan Snouck Hurgronje (1857-1936).
Hurgronje adalah antagonis dalam seluruh buku sejarah pasca Kemerdekaan Indonesia. Ia pura-pura masuk Islam demi menghancurkan Islam, juga bangsa Aceh.
Namun, banyak sisi lain Hurgronje yang tidak ada dalam sejarah sekolah republik, terutama soal karya fotonya yang berharga.
Menurut laman British Museum seperti dikutip SURYA.co.id, 9 September 2015, Hurgronje sebagai penasihat Kerajaan Belanda pergi ke Jeddah pada 1884.
Itu setelah dia membereskan studi doktoralnya pada 1880 mengenai riwayat ibadah haji pra Islam.
Tujuan utamanya ke sana adalah Mekkah yang saat itu belum ada Kerajaan Arab Saudi, melainkan wilayah Kekhalifahan Utsmaniyah atau Ottoman Empire.

Hurgronje berbaju putih pakai peci tampak berdiri di antara para pegawai konsulat Belanda di Jeddah tahun 1884. Fotografernya tidak diketahui.
Selama di Jeddah, dia tentu saja melihat banyak sekali jamaah haji dari Nusantara, dan memotretnya. Inilah foto-foto karya Hurgronje dari zaman 131 tahun silam itu.
Searah jarum jam: haji dari Mandar (Sulawesi), Sumbawa, Jepara (Jawa) lalu Malang dan Pasuruan (Jawa).

Searah jarum jam: haji dari Sukapura (Jawa), Sulawesi, Solok (Sumatera) dan Banten (Jawa).

Jamaah haji asal Martapura (Kalimantan).

Jamaah haji asal Ambon, Kei dan Banda.
Pada 1884 itu pula, Hurgronje menyatakan diri masuk Islam sehingga diizinkan masuk kota Mekkah.
Selama di Mekkah, dia mempelajari kebiasaan penduduk kota serta orang Jawa dan para haji Nusantara yang bermukim di sana.
Namun, karena suatu masalah, dia dideportasi sehingga buru-buru pergi dan meninggalkan kameranya untuk dipakai oleh Sayyid Abd al-Ghaffar, seorang doktor lokal yang telah dilatihnya soal fotografi.