Berita Jember

Polisi Jember Periksa Saksi-saksi Pemukulan Tim Peneliti ITS Surabaya

Peneliti tanah dari ITS tidak mengenal warga setempat, sehingga tidak tahu siapa yang memukul dan merusak mobil tersebut.

Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Yuli
Polisi Jember Periksa Saksi-saksi Pemukulan Tim Peneliti ITS Surabaya
Surya/Sri Wahyunik
Miswanto, salah satu anggota tim peneliti ITS, yang digeruduk warga Paseban Kencong.

SURYA.co.id | JEMBER - Polisi Jember terus menyelidiki kasus perusakan dua mobil yang dipakai peneliti tanah Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.

Kamis (3/9/2015), tim penyidik Polres Jember mendatangi Desa Paseban Kecamatan Kencong.

Menurut Kepala OPerasional Satreskrim POlres Jember Iptu Sujilan, penyidik datang ke desa itu untuk melihat lokasi, mobil, dan meminta keterangan dari sejumlah orang.

Pemeriksaan terhadap delapan orang anggota tim peneliti sudah rampung, Rabu (2/9/2015) malam. "Hari ini penyidik ke Desa Paseban, ya untuk penyelidikan lebih lanjut. Karena kan korban ini tidak tahu siapa orang yang merusak mobilnya," ujar Sujilan.

Peneliti tanah dari ITS tidak mengenal warga setempat, sehingga tidak tahu siapa yang memukul dan merusak mobil tersebut. Ditambah lagi, ketika massa semakin banyak dan menguglingkan mobil, mereka sudah dievakuasi ke rumah seorang warga.

Dua mobil yang rusak itu ternyata milik Dinas Pengairan Provinsi Jawa Timur. Dua mobil itu dipakai oleh tim. Kedua mobil berupa L-300 dan sebuah truk yang dipakai untuk mengangkut alat penelitian tanah.

Seperti diberitakan sebelumnya, warga menggeruduk tim peneliti tanah dari Laboratorium Mekanika Tanah ITS, Selasa (1/9/2015) malam. Warga sempat memukul tiga orang anggota tim. Dua mobil juga rusak akibat digulingkan warga.

Tim peneliti ITS mendatangi jembatan Sungai Bondoyudo di Jalan Lintas Selatan (JLS) di Desa Paseban Kecamatan Kencong. Tim melakukan pekerjaan dari DInas Pengairan Provinsi Jatim untuk mengetes struktur dan kekerasan tanah di tempat itu.

Pengetesan tanah (soil test investigation) itu dilakukan sebelum pekerjaan berupa pemasangan tiang pancang, pondasi, ataupun plengsengan dibangun. Tim meneliti tanah di sekitar jembatan itu karena plengsengan di kawasan itu ambrol tergerus abrasi dan banjir beberapa bulan lalu.

Warga diduga salah paham dan mengira tim mengambil contoh pasir besi untuk pertambangan. Warga desa itu menolak keras penambangan pasir besi di kawasan tersebut. 

  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved