Eksklusif Aplikasi Religi
Ingin Tahu Kegiatan di Tempat Ibadah? Download Saja Aplikasi Masjidku
Ada juga menu untuk infaq atau sodaqoh secara online ke masjid yang dikehendaki.
Penulis: Benni Indo | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.co.id | MALANG - Selain aplikasi Hanas dan Quranesia karya Didats Triadi, ada satu lagi aplikasi karya Arema, namanya Masjidku.
Ini semacam social media yang menghubungkan masjid-masjid di Tanah Air dengan para jamaahnya.
Penggagasnya trio Arema, Adib Toriq (30), Narendra Wicaksono (30) dan Mukhlis Jauhari dibantu tujuh teman lainnya.
Aplikasi diluncurkan, 12 Juni 2015 atau sepekan mendahului aplikasi Hidayah.
Chief Technology Officer Masjidku Adib menyatakan, aplikasi itu lahir dari kegelisahan melihat banyak masjid hanya jadi tempat ibadah.
Padahal, di zaman Nabi Muhammad SAW, masjid juga menjadi pusat budaya.
Sejumlah masjid besar sudah memanfatkan aplikasi ini. Di antaranya Masjid Daarut Tauhid Bandung, Masjid Jenderal Sudirman Jakarta, Masjid Jami’ Al-Muqorrobin Jakarta, Masjid Raya Bintaro Jaya Sektor 9, Masjid Emerald Bintaro, Masjid Al Muttaqien Malang, dan Masjid Abu Dzar Al Ghifari Malang, dan lain-lain.
Dengan aplikasi Masjidku pada ponsel pintar (smartphone), pengguna dapat menyimak kegiatan masjid tertentu, memberikan infaq atau shodaqoh secara online kepada masjid yang disasar, serta mendapatkan berbagai fitur pendukung ibadah lainnya seperti jadwal salat, pengingat salat, dan penunjuk arah kiblat.
Sebaliknya, pengelola atau takmir masjid bisa menyampaikan semua kegiatan, termasuk laporan infaq dan pembelanjaannya.
Ada juga menu untuk infaq atau sodaqoh secara online ke masjid yang dikehendaki. Pengguna tinggal buka aplikasi berinfaq dan akan muncul daftar kode rekening masjid.
Adib mengakui, pengguna aplikasinya agak lambat dibanding yang lain. Sebab, ada syarat ketat yang ditetapkan.
Masjid-masjid pengguna aplikasi harus mendaftar dengan menunjukkan akte pendirian masjid atau yayasan yang mengelolanya, lewat email ke info@masjidku.id.
“Ini untuk menghindari adanya masjid-masjid palsu. Kami harus jaga betul agar orang nakal tidak sampai masuk,” ungkap lulusan pascasarjana Institut Teknologi Bandung itu.
Sama Hanas dan Didats, Adib Toriq juga tersenyum lebar saat ditanya keuntungan finansial dari karya aplikasinya. “Ini bukan media komersil. Jadi, gajinya biar di akhirat saja,” katanya.
Baca selengkapnya di Harian Surya edisi besok
LIKE Facebook Surya - http://facebook.com/SURYAonline
FOLLOW Twitter Surya - http://twitter.com/portalSURYA