Wisata Surabaya
Jago Batu, Galeri Barang Antik Bertransformasi Jadi Kampung Seni
#SURABAYA - Kisah unik dari toko barang antik dan barang seni di Jl Raya Mulyosari 111-115, Surabaya. Namanya Jago Batu.
Penulis: Satria Akbar Sigit | Editor: Yuli
SURYA.co.id | SURABAYA - Tren batu alam yang akhir-akhir ini sedang mewabah di Indonesia ternyata telah lama menjangkit Happy Ichwan Sahabat. Kolektor berbagai barang seni ini mengaku telah lama menjadi pasien batu-batuan alam.
"Sudah sejak saya muda saya menggemari batu-batuan. Mulai dari batu mulia, akik, fosil, hingga patung batu, semuanya ada di koleksi saya," tuturnya, 12 Juni 2015.
Ia punya toko barang antik dan barang seni di Jl Raya Mulyosari 111-115, Surabaya. Namanya Jago Batu.
Toko yang sekaligus menjadi galeri dan kediamannya ini berisi ribuan koleksinya, mulai dari pusaka, barang kuno, hingga tentunya bebatuan.
"Koleksi pusaka saya ini pernah lho dipuji sama Pakde Karwo," ujarnya sambil tertawa.
Ia lalu menjelaskan, nantinya beberapa koleksi miliknya akan dipamerkan dalam sebuah museum batu dan benda antik, sebagai sebuah bagian dari rencana besarnya yaitu kampung seni.
"Rencananya berawal dari Jago Batu ini akan saya dan beberapa rekan saya cetuskan kampung seni," terang pria yang rambutnya mulai memutih itu. Rencana itu diawali dengan soft opening Jago Batu pada Jumat (12/6/2015).
Soft opening ini adalah tahap pertama demi mewujudkan mimpinya sejak lama untuk membangun kampung seni di kawasan Mulyosari.
Mimpi itu baru bisa ia cicil pada kesempatan ini karena sebelumnya ia mengaku terlalu sibuk mengumpulkan barang-barang antik dari berbagai daerah.
Soft opening ini berlangsung sederhana, namun kental dengan budaya Jawa. Cukup dengan selametan di halaman depan Jago Batu, dipimpin oleh seorang pemimpin upacara adat yang membacakan doa dalam bahasa Jawa Kuno.
Happy menjelaskan, soft opening ini dilaksanakan jauh hari sebelum grand opening karena alasan kejawen. Katanya kalau menurut budaya kejawen, bulan puasa tidak boleh membuka sesuatu.
"Ini hanya soft opening, nanti grand openingnya ada lagi, sekalian peresmian kampung seni juga. Saya masih menunggu Ibu Wali Kota, Jaya Suprana, dan Pakde Karwo bisa saya kumpulkan di satu momen dulu, semuanya sudah bersedia sebenarnya tapi belum ada waktu yang tepat," jelas Happy.
Ia mengatakan, kampung seni ini adalah sebuah cara untuk melestarikan budaya daerah, terutama Jawa Timur. "Saya ingin kampung seni tidak hanya ada di Bali saja, padahal budaya kita tidak kalah menarik," ujarnya.
Happy mengatakan, saat ini adalah waktu yang tepat untuk menjalankan mimpinya itu, mumpung pemerintah kota sedang giat melestarikan budaya daerah, contohnya seperti peresmian Siola sebagai museum baru-baru ini.
Tidak hanya sendiri, tapi ia juga mengajak beberapa rekannya demi mewujudkan mimpinya membangun kampung seni itu. Seorang di antaranya adalah rekannya berburu batu sejak 30 tahun lalu, Widiyanto.