Tata Kota Surabaya
Simpang Tak Sebidang Jadi Solusi Kemacetan di Surabaya
Surabaya tetap macet meski sudah ada penambahan jalur baru berupa frontage road sisi barat dan timur sepanjang Jalan Ahmad Yani.
Penulis: Magdalena Fransilia | Editor: Yuli
SURYA.co.id | SURABAYA - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus mempelajari potensi titik-titik rawan kemacetan yang menjadi penyebab utama ketidaknyamanan pengguna jalan.
Untuk itulah Dinas Perhubungan (Dishub) kota Surabaya melakukan rekayasa lalu lintas jangka menengah dan panjang yang akan memecah kemacetan dengan menyediakan underpass tambahan di kawasan budaran Dolog dan kawasan Margorejo, serta menduplikasi flyover Mayangkara.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dishub kota Surabaya Irvan Wahyu Drajat mengatakan rekayasa lalu lintas ini sangat penting, usai pembangunan underpass bundaran Satelit dan flyover di kawasan Surabaya Barat dilakukan.
Simpang tak sebidang ini dianggap paling tepat menjadi solusi kemacetan karena pertambahan jumlah kendaraan yang terus meningkat di kota Surabaya.
“Jalur simpang sebidang sudah tidak bisa dijadikan solusi mengurai kemacetan. Meski sudah ada penambahan jalur baru berupa frontage road sisi barat dan timur sepanjang jalan Ahmad Yani,” ungkapnya Irvan, 11 Juni 2015.
Hal ini dibenarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP).
“Nantinya Surabaya tidak cuma punya underpass di Bundaran Satelit yang dibiayai pengembang dengan anggaran Rp 60 miliar, tapi juga akan bekerjasama dengan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) untuk membangun underpass dan flyover lainnya,” ungkap Kabid Perancangan dan Pemanfaatan DPUBMP Ganjar Siswo Pramono saat ditemui diruang kerjanya.
Sementara itu, Kabid Sarpras Badan Perencanaan dan Pembangunan (Bappeko) kota Surabaya AA Gede Dwija Wardhana mengatakan ukuran dimensi underpass Margorejo itu akan dirancang dengan lebar 20,6 meter dan panjang 526,5 meter.
“Konstruksi underpass Margorejo akan menghubungkan koridor utara-selatan jalan Ahmad Yani untuk tiga lajur arah selatan dan 2 lajur arah utara,” ungkap Dwija. Ia juga menjelaskan, untuk arah barat-timur akan ada lingkar barat dalam dan lingkar barat luar.
Selain Margorejo, bundaran Dolog yang selama ini masih diakali dengan sistem buka tutup jalan nantinya akan diberi underpass dari depan Dolog arah Jemursari sampai ke Universitas Bhayangkara yang panjangnya juga sekitar 500 meter.
Sedangkan untuk duplikasi flyover Marangkara nantinya akan dirancang cukup panjang, dari depan Royal plaza hingga ke depan terminal Joyoboyo. “Anggaran proyek ini akan sepenuhnya berasal dari APBN.
Pemkot Surabaya akan berkontribusi menyediakan Penerangan Jalan Umum (PJU), Taman di tengah Flyover, serta sistem drainase. Saat ini masih dalam tahap kajian Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) baik saat pre, konstruksi, maupun pasca konstruksi supaya tidak malah menimbulkan kemacetan saat pembangunan,” tambah Dwija.
Ia juga menerangkan semua upaya ini merupakan inovasi yang dilakukan dengan tujuan peningkatan kapasitas jalan dengan mengembangkan bantuan dari Pemerintah pusat.
“Nantinya agar dana APBD bisa dialihkan untuk kebutuhan kota yang lainnya. Sehingga sebisa mungkin pemkot mengoptimalkan bantuan yang ada baik dari pengembang maupun pemerintah pusat,” tukas Dwija.