Festival Akik Kantor Pariwisata Jember

Batu Akik Khas Jember Dibanderol Rp 20 Juta

Kantor Pariwisata Jember yang memotori acara itu sengaja menggelar Festival Akik untuk mengenalkan akik khas Jember

Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Parmin
surya/sri wahyunik
Salah satu stan festival batu akik dipenuhi pengunjung, Rabu (3/6/2015). 

SURYA.co.id | JEMBER - Pasar Tegalboto Kelurahan/Kecamatan Sumbersari yang mati suri dalam beberapa tahun terakhir ramai dikunjungi orang, Rabu (3/6/2015). Di los sisi utara, tertata puluhan meja bertaplak warna biru.

Di meja sudut paling utara, terpajang tulisan di sebuah kertas 'Sanenrejo Gemstone' atawa batu akik Sanenrejo. Sanenrejo merupakan sebuah kawasan di Kecamatan Tempurejo, yang berbatasan dengan hutan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB).

Ya, orang-orang mengunjungi Pasar Tegalboto itu karena akik, termasuk bagi Anda yang penasaran dengan akik Sanenrejo Jember, bisa mengunjungi acara bertajuk 'Pasar Festival Akik 2015' yang digelar mulai Rabu (3/6/2015) hingga Minggu (7/6/2015).

Kantor Pariwisata Jember yang memotori acara itu sengaja menggelar Festival Akik untuk mengenalkan akik khas Jember. Sebab, Jember memiliki potensi batu akik yang unik dan khas serta tidak kalah dengan bebatuan dari kota lain.

Bebatuan cantik Jember bisa ditemukan di sekitar Sanenrejo Kecamatan Tempurejo, Kecamatan Silo, Kecamatan Wuluhan, Kecamatan Puger, juga Kecamatan Semboro.

Batu akik Sanenrejo, antara lain, pancawarna /kristal lumut dan jasper lumut merah. Batu pancawarna lumut itu memiliki perpaduan warna hijau dan merah. Bahkan terkadang warna merahnya dominan, sehingga kadang kala disebut 'lumut merah'.

Cahaya bisa menembus bongkahan batu tersebut. Dan ketika dilihat memakai kaca pembesar, akan terlihat perpaduan aneka warna dan seperti ada lukisan di dalam bebatuan itu. Batu ini merupakan endapan tanah dan pepohonan selama bertahun-tahun di sekitar hutan TNMB.

Ada juga batu akik jasper lumut merah, yang oleh warga sekitar disebut dengan istilah ati ayam karena warnanya kemerahan seperti hati ayam. Bebatuan ini tersebar di permukaan tanah dan mudah ditemukan di sekitar Sanenrejo.

Bagi yang tidak jeli, hanya akan menemukan batu akik ati ayam yang biasa. Tetapi bagi pecinta akik yang jeli, akan bisa mendapatkan akik ati ayam yang berserat atau memiliki motif.

Seperti yang dipamerkan di stan 'Sanenrejo Gemstone'. Di stand itu ada sebuah jasper lumut merah bermotif burung kakak tua. "Tidak untuk dijual sekarang, nanti untuk dilelang," ujar Suparno, sang penjual.

Akik tersebut dibanderol seharga Rp 20 juta. Tetapi rencananya akan dilelang di malam terakhir festival tersebut.

Selain dua jenis batu akik itu, tidak kalah menarik tentunya di 'bulu macan'. Batu akik bermotif seperti bulu macan, itu memiliki gradasi motif yang seakan bisa bergerak ketika dilihat dari sisi yang berbeda. Karenanya, di kalangan penjual batu akik, 'bulu macan' dipromosikan memakai istilah goyang dumang.

Menurut Taufik, salah satu panitia Pasar Festival Akik Jember, batu itu merupakan endapan atau fosil limbah penggilingan tebu. Bebatuan jenis ini banyak ditemukan di sekitar pabrik gula di Semboro, dan Jatiroto Kabupaten Lumajang.

Di kalangan pecinta akik, harga bulu macan terbilang mahal karena tingkat kekerasan batu jenis ini lebih tinggi daripada bebatuan jenis obsidian (bebatuan yang terbentuk karena vulkanisasi) namun di bawah jenis Zamrud dan permata (intan, berlian).

"Dan bulu macan sudah terbaca di komunitas akik internasional, karena memang tingkat kekerasannya tinggi. Batu ini fosil atau endapan yang memang lebih bagus daripada yang vulkanisasi," ujar Taufik.

Namun bagi Anda yang ingin 'melongok' bebatuan dari daerah lain juga bisa menemukan jenisnya di festival itu. Ada bebatuan khas Ponorogo seperti yang dibawa Yoyok Abidin, penjual akik dari Ponorogo. Yoyok membawa batu jenis kalsedon merah yang biasa disebut 'red baron'.

'Itu asli Ponorogo, ada juga batu merah putih. Tetapi yang primadona di Ponorogo adalah kalsedon merah," ujarnya.

Yoyok juga membawa bebatuan seperti dari Aceh, Halmahera, dan Papua.

Sebanyak 20 perajin dan penjual akik yang mengikuti Pasar Festival itu berasal dari sejumlah kota seperti Ponorogo, Malang, dan Denpasar, selain dari Jember sendiri.

Mereka menjual cincin akik siap pakai, akik polesan, bongkahan batu, juga emban atau pengikat akik. Bahkan senter untuk melihat bebatuan itu juga dijual di salah satu stan.

Panitia juga menyediakan tempat bagi perajin batu akik. Sehingga pengunjung bisa memoleskan batunya di lokasi festival.

Kepala Kantor Pariwisata Jember Sandi Suwardi Hasan menegaskan acara itu bertujuan mengangkat potensi akik di Jember.

"Dan itu nantinya bisa mengangkat potensi pariwisata di Jember. Bisa jadi, Jember menjadi tujuan wisata akik," ujarnya.

Karenanya, pihaknya akan mengusulkan penelitian terhadap aneka jenis bebatuan cantik yang dipoles menjadi mata cincin tersebut.

"Kami akan kaji, nilai historisnya apa dan bagaimana terbentuknya," tegasnya.

Selain itu, festival itu juga akan menjadi pintu masuk bagi kebangkitan Pasar Tegalboto yang telah lama mati suri. Pemkab berencana menjadikan pasar itu sebagai pasar tematik dan festival.

"Setelah batu akik, bisa jadi nanti ada festival busana Muslim saat ramadan, festival keris, festival burung, festival makanan dan lain-lain. Semuanya ditempatkan di sini, sehingga pasar ini menjadi pasar festival dengan tema-tema tertentu," pungkasnya.

Baca selengkapnya di Harian Surya edisi besok LIKE Facebook Surya - http://facebook.com/SURYAonline FOLLOW Twitter Surya - http://twitter.com/portalSURYA

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved