Stand up Comedy

Pelawak Gokil Dodit Mulyanto Kangen Sehat, Guys

“Obat yang saya telan juga beda-beda, warna tiap butirnya saat pagi, siang, dan malam. Saya kangen sehat,” selorohnya.

Penulis: Magdalena Fransilia | Editor: Yuli
SURYA.co.id/HABIBUR ROHMAN
LAWAKKAN PENYAKIT - Komedian Dodit Mulyanto (kanan) dan Topeng (kiri) pada Parade Komedi bertema Ensikomedi di Bali Pemuda Surabaya, Minggu ((8/3/2015). Dodit dan Topeng juga menyinggung penyakit jantung yang diderita Didit sebagai bahan guyonan. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Eksikomedi menjadi tema besar yang diangkat dalam pertunjukan penuh gelak tawa penonton hasil suguhan tim Stand up Indo Sby di Balai Pemuda, Minggu (8/3/2015).

Lebih dari 400 orang, mulai remaja, mahasiswa maupun dewasa berkumpul dalam acara yang menggabungkan unsur plesetan antara ensiklopedia dan komedi tersebut.

Mereka terpana pada berbagai penampilan battle of comics, lawak on stage: Usrik dan Ubet, video dubbing comedy: Andry ‘bajul‘ dan Yudith membawakan Batman Begins, ventriloquist, talk show, serta acapella.

Tak lupa mengundang komikus kondang Dodit Mulyanto, Topenk (Frendy pradana putra) yang kini di Jakarta, Jerry Piko bersama burung kesayangannya, Dono, Virza dan Dedy Gigis.

“Kami ingin menunjukkan bahwa komedi itu sifatnya global, bisa diterima semua umur. Jawa Timur pun punya kesenian lokal yang tak kalah menarik dengan kesenian Barat. Ludruk, lawak, dubbing, akapela itu keren, apalagi jika dikolaborasikan,” ungkap Akbar Halim (24), Ketua Pelaksana Ensikomedi.

Menurut dia, ketika orang melihat komedi berpikiran bahwa sesuatu hal itu bisa terjadi, begal itu serem tapi di sini bisa menjadi hal yang lucu. Per segmen temanya berbeda karena komikus punya kreativitas dan sudut pandang sendiri.

Ada yang berbeda dengan stand up comedy Surabaya kali ini, kehadiran Dodit Mulyanto sebagai magnet acara. Pelawak gokil sekaligus suka menggokilkan diri itu sempat 16 hari tergolek di rumah sakit karena serangan jantung koroner.

Kini, Dodit masih mampu menghibur ratusan orang meski menahan rasa sakit.

Komedian asal Blitar yang kondang berkat program Stand Up Comedy Indonesia 4 di Kompas TV ini mengaku setelah sembuh pada 2 Februari lalu, semua kegiatan komunitas dan jadwal show ia lakoni kembali, mulai Makassar, Jakarta, Cepu, sampai Lumajang.

Setelah pulih, ia membiasakan diri belajar melihat lingkungan sekelilingnya untuk mencari inspirasi. Mulai dari warung ia amati lalu berpikir untuk membuat tema.

Selain melawak, penampilan Dodit kemarin juga menyuguhkan saksofon, tak seperti biasanya pakai biola.

Ketika ditemui SURYA di belakang panggung, hanya sesekali Dodit mengeluh, tak kuat meniup saksofon kesayangannya, nafas panjang dan kuat yang harus dikeluarkan terbatas pasca operasi.

Musik yang dipelajari itu hasil 14 semester berkumpul dengan seniman musik kala masih kuliah jurusan Pendidikan Geografi di Solo. Sebagian besar ilmu itu didapatkannya secara teori. Meski ia mengaku akhirnya mengambil kursus 1,5 tahun di Yamaha Musik untuk memperdalam ilmunya.

Sebagai terapi untuk memulihkan tubuh, Dodit harus treadmill pada pagi, siang dan malam. “Obat yang saya telan juga beda-beda, warna tiap butirnya saat pagi, siang, dan malam. Saya kangen sehat,” selorohnya.

Menurut Dodit, dokter yang merawatnya mengatakan ia terkena serangan jantung koroner karena terlalu banyak mengonsumsi kopi dan rokok.

Pantangan yang harus dihindari pun cukup berat. Dodit tak diizinkan terlalu banyak makan daging merah, steam, durian, jeruk, anggur, nangka, santan, daging ayam pun hari jenis ayam kampung.

Meski demikian, penonton tak terpengaruh kondisi fisik Dodit. Aksinya di atas panggung seakan tak punya beban. Bahkan candaan terhadap penyakitnya itu sempat ia bahas bersama Topenk, partner lawaknya.

Peserta yang riuh karena penampilan Dodit sekaligus lawakan MC Angga Pramaswara tak hanya datang dari Surabaya, melainkan dari Malang, Kediri, Banyuwangi, Blitar, Jember, Gresik, serta Mojokerto.

Satu di antaranya Supranata Hadiwijaya, siswa kelas XI SMA 1 Gresik rela jauh-jauh datang untuk melihat penampilan para comicus.

”Saya sudah book tiket sejak bulan lalu, pas harganya masih Rp 40.000. Pesannya lewat Twitter,” paparnya. Ia mengaku diantar orangtuanya dari Gresik menuju Balai Pemuda. Saat ia menonton stand up comedy, orangtuanya punya jadwal acara lain, yakni berbelanja.

Semua tokoh yang diundang tetap dari Surabaya. Untuk acara ini saja menghadirkan 18 orang komikus dan ludruk.

Pendaftaran dibuka secara online (lewat Twitter), antar langsung dan bayar saat bertemu, maupun menggandeng kafe sebagai tempat penitipan tiket dengan harga awal Rp 40.000. Sebulan kemudian, naik menjadi Rp 50.000, lalu tiket on the spot dijual Rp 60.000.

Arthur, pendiri sekaligus penyokong acara ini mengatakan, sejak 4 tahun berdiri, acara semacam ini diadakan rutin 3 sampai 4 laki dalam setahun. Maka, acara ensikomedi menjadi pembuka acara tahun 2015.

Pada sesi battle of comics, tim komedian terbagi menjadi dua. Ada tim metromini yang beranggotakan Deo (SMA Giki 1) dan Bayu. Deo menampilkan candaan dengan tema jumatan makin ganteng, sedangkan Bayu membawakan lelucon tanpa ekspresi wajah.

Seketika penonton terbahak mendengarkan sambil melihat wajah Bayu. Sedangkan tim kedua yang diberi nama Kempas TV, beranggotakan Aldi (ITS) dan Paulus.

Aldi membahas 3000 mahasiswa baru di ITS, sedangkan Paulus mengenai diskriminasi hantu internasional, Tacik Yongma yang mati karena terlalu menawar harga.

“Kami ingin memberikan wacana, komedi bukan sekadar kesenian monoton. Sebagai pegiat komedi, kami punya tanggung jawab melestarikan kebudayaan lokal yang mulai ditinggalkan,” tutur Artur yang juga pendiri komunitas stand up comedy Surabaya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved