Indra Anudra

Meteran Hitung Biaya Listrik Otomatis

Alumni STM Listrik Kusuma Negara, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang ini juga mengaku ingin memasarkan produknya kelak.

Penulis: Magdalena Fransilia | Editor: Wahjoe Harjanto
Surya/magdalena fransilia
Indra Anudra 

SURYA.CO.ID | SURABAYA - Keinginan mewujudkan meteran listrik yang dapat memonitor biaya pemakaian daya listrik dalam rupiah, membuat Indra Anudra menciptakan inovasi yang disebut Kilowatt Hour (Kwh), meter digital pascabayar berbasis mikrokontroller.

Jika biasanya meteran listrik rumah tangga hanya menampilkan besarnya penggunaan listrik perbulan, tidak demikian dengan Kwh Meter Digital buatan mahasiswa Jurusan Elektro Fakultas Teknik Elektro Untag Surabaya ini. Alat yang dibuatnya membuat tiap orang bisa mengetahui berapa rupiah pemakaian listrik dalam sehari.

Hanya butuh LCD m1632, Atmega mikrokontroler 8535, sensor octocoupler, keypad matriks 4x4. Sensor octocoupler berguna untuk mendeteksi putaran pilihan Kwh, sensor ini akan mentransfer data inputan ke mikrokontroller untuk kemudian diolah dan ditampilkan hasilnya pada LCD. Sedangkan keypad matriks berguna untuk memilih daya dalam inputan pada mikrokontroler.

Tersedia pilihan menu pada tombol A, B, C. A untuk perhitungan beban listrik rumah tangga 450Va, B untuk beban listrik 900 Va, dan C untuk beban listrik 1300 Va. “Kelebihan alat ini bisa diatur sesuai kebutuhan,” ujar putra alm PNS AL ini.

Ia menerangkan, ketika beban ada, piringan mulai bergerak. Putaran itulah yang akan terus membuat biaya beban bergerak. Hasilnya bisa dilihat berapa besar nominal yang akan dibayarkan pada PLN. Cara penghitungan tagihan listrik yakni beban ditambah Tarif Dasar Listrik dikalikan Kwh. "Ini untuk mengantisipasi kecurangan data antara yang tertera di PLN dengan yang telihat di monitor meteran pribadi seseorang,” tukasnya.

Putra pertama dari dua bersaudara pasangan Alm Ponidin dan Sumarjiati ini punya jalan hidup yang tidak mulus. Ditinggal ayahnya sejak baru masuk kuliah, ditambah ibunya yang harus dipanggil Tuhan saat masih menempuh masa studi semester 6 di Perguruan Tinggi, tidak membuat Indra, sapaan akrabnya, patah semangat.

Setelah lulus D1 dari Politeknik Sakti Surabaya di Jalan Jemursari pada 2002, Indra merantau ke Malaysia kurang lebih 4 tahun sebagai tenaga ahli otomotif. Indra kemudian memilih melanjutkan studi di Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 (Untag) Surabaya pada 2009, sembari melamar kerja di PT Trijaya Kartika Plasa Marina sebagai teknisi atau mechanical engineering.

Dibawah Dosen Pembimbing Aris Heri Andriawan, mahasiswa yang punya hobi olahraga ini mampu menyelesaikan kuliah dalam waktu 3.5 tahun. Namun dosen pembimbingnya pernah mengeluh karena Indra susah membagi waktu.

“Saya maklumi dia kuliah sambil kerja yang membuat progres skripsinya agak terganggu. Padahal Indra termasuk anak yang inovatif dan banyak ide. Jika diberi masukan cepat bisa mengembangkannya sendiri,” ungkap Aris.

Alumni STM Listrik Kusuma Negara, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang ini juga mengaku ingin memasarkan produknya kelak. Namun masih harus dilakukan banyak pembenahan sebab Indra belum bisa membuat back up data berupa memori RTC dan batterai yang berfungsi menyimpan data saat listrik padam sehingga jika aliran listrik mati, secara otomatis alat ini ter-reset.

“Butuh proses dan pengembangan lebih lanjut. Satu alat ini saja saya keluarkan biaya Rp 1 juta,” tutur mahasiswa kelahiran 22 April 1982 ini.

Kedepannya, ia masih ingin melanjutkan pendidikan S2 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mendalami jurusan yang sama dan mencari beasiswa.

Baca selengkapnya di Harian Surya edisi besok. LIKE Facebook Page www.facebook.com/SURYAonline FOLLOW www.twitter.com/portalSURYA

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved