Harga Tembakau Lamongan Mulai Merangkak, Diborong Tengkulak Bojonegoro
Diperkirakan, harga tembakau Virginia VO di wilayah setempat, masih berpeluang meningkat.
Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Heru Pramono

SURYA Online, LAMONGAN – Meski ada peningkatan harga tembakau jenis Virginia Voor Oogst (VO) pada musim panen kali ini. Namun harga itu masih belum menyenangkan bagi petani. Pasalnya harganya masih jauh lebih tinggi tahu lalu ketimbang musim panen tahun ini.
Untuk harga daun bawah (gowok) dan kedua rajangan kini hanya mencapai Rp 4.000 per kg hingga Rp 5.000 per kg. Sementara harga petikan tembakau basah untuk gowokan mencapai Rp1.000 hingga Rp1.800 per kg daun basah. Harga tembakau rajangan di tingkat petani terendah Rp12 ribu per kg dan tertinggi Rp16 ribu per kg.
”Harganya sih belum menggembirakan karena sampai hari ini hanya ada satu pabrikan yang mulai melakukan transaksi tembakau milik petani,”kata Kunari, petani Kedungpring, Minggu (28/09).
Satu perusahaan rokok lainnya baru menjanjikan akan membeli mulai 6 Oktober.
”Sekarang ini katanya yang sudah membeli hanya pabrikan PT Djarum,”katanya.
Sejumlah sentra penghasil tembakau Virginia VO yang mulai menikmati panen antara lain Kecamatan Modo, Kedungpring, Bluluk dan Sukorame .Bersamaan dengan awal panen tersebut gudang yang mulai membuka pembelian ada di tingkat penyuplai di desa-desa.
Harga tembakau daun bawah (gowok), kedua hingga ketiga berkisar Rp1.000,00 hingga Rp1.800 per kg daun basah. Sedangkan tembakau rajangan harga terendah Rp12 ribu per kg dan tertinggi Rp16 ribu per kg di tingkat petani.
Diperkirakan, harga tembakau Virginia VO di wilayah setempat, masih berpeluang meningkat.
”Saya ambil banyak dari petani di Kecamatan Modo Lamongan. Harganya lumayan mulai merangkak naik,”ungkap Hari Kuncoro, tengkulak asal Bojonegoro saat dikonfirmasi Surya melalui ponselnya, Minggu (28/09).
”Kami tetap berharap pabrik rokok besar lainnya segera membuka diri melakukan transaksi. Kalau da banyak pabrikan beli, harganya akan bersaing,”kata Hari.
Kebanyakan petani tembakau di wilayah Lamongan cenderung menjual tembakau dalam bentuk basah, karena membutuhkan uang. Itupun banyak diambil para tengkulak asal Bojonegoro.