Awas Krisis Daging
Lezatnya Duri Bandeng Gantikan Daging Sapi
Saat menguji dengan merasakan beberapa jenis abon, 25 panelis ini tidak diberitahu bahan baku abon.
SURYA Online, SURABAYA - Mahalnya daging sapi menginspirasi Bambang Sigit Sucahyo melakukan penelitian untuk mencari alternatif pengganti bahan abon.
Hasilnya, dosen Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Pertanian, Universitas Dr Soetomo (Unitomo) menemukan bahan abon dari duri ikan bandeng.
Abon duri bandeng karya Bambang Sigit ini memiliki rasa, aroma, warna dan tekstur tak kalah dengan abon sapi.
Hasil uji organoleptik (uji indera) oleh 25 panelis (mahasiswa) membuktikan itu.
Pada uji indera itu, panelis jauh lebih menyukai rasa abon dari duri bekas cabut bandeng dibandingkan abon berbahan sapi maupun ikan tengiri.
Saat menguji dengan merasakan beberapa jenis abon, 25 panelis ini tidak diberitahu bahan baku abon.
Usai menikmati, mereka ternyatan lebih menyukai abon karya Bambang.
“Itu artinya daya terima masyarakat terhadap abon cabut duri banding ini sangat bagus. Ini bisa menjadi solusi di tengah harga daging sapi yang melangit,”kata Bambang saat ditemui di kampusnya, Rabu (18/7/2014).
Untuk menciptakan abon duri yang nikmat, ada langkah-langkah yang harus dilakukan.
Terutama untuk menghilangkan bau amis di sisa-sisa daging dan duri bandengnya.
Dari 11 cara menghilangkan bau amis seperti memberi jeruk, serai dan gula, Bambang lebih sreg menggunakan jahe.
“Asal komposisinya tepat, bau amis itu akan hilang. Tetapi kalau terlalu banyak jahe akan pahit,” katanya.
Pembuatan abon duri bandeng ini cukup sederhana. Duri dan sisa-sisa daging yang melekat disangrai, kemudian diblender.
Selanjutnya dicampur dengan aneka rempah atau bumbu seperti jintan, bawang merah, bawang putih, garam, gula jawa, ketumbar, kunyit, daun serai, santan, daun jeruk purut, jahe, lengkuas dan garam.
Campuran bumbu dan limbah duri bandeng yang sudah diblender digoreng dengan sedikit minyak.
Lalu diaduk, dibolak-balik hingga mengering. Setelah didinginkan baru bisa dihidangkan.
Agar abon tidak lumer, Bambang menambahkan bayam dalam campuran bumbu dan daging bandeng limbah yang diblender.
“Bayam juga untuk menambahkan kandungan zat besi,”kata alumnus Pascasarjana Teknologi Pangan, Universitas Brawijaya, Malang.
Menurut Bambang, abon duri ikan bandeng ini memiliki prospek usaha yang sangat bagus.
Hal itu beralasan karena bahan baku yang mudah didapat dan sangat murah, bahkan gratis.
Bahan baku ini bisa memanfaatkan hasil cabut duri di kolam-kolam pemancingan yang kini menjamur di wilayah Surabaya dan Sidoarjo.
Bambang mencatat di Surabaya ada sekitar 200 kolam pemancaingan, sedangkan di Sidoarjo ada 125.
Setiap hari tiap kolam menghasilkan 5-10 kg. Bahkan di hari Sabtu atau Minggu mencapai 20 hingga 30 kg.
Duri-duri ini selama ini hanya dibuang karena kucingpun tak mau makan.
”Kalau diolah menjadi kerupuk, nilai ekonomisnya rendah. Jadi kami berpikir untuk membuat produk lainnya,”katanya.
Dengan bahan baku yang sangat murah ini akan mampu menghasilkan keuntungan yang sangat besar jika dipasarkan.
”Bandingkan harga daging sapi saat ini yang lebih dari Rp 110.000 per kg atau harga ikan tengiri yang Rp 35.000 per kg. Abon cabut duri ikan bandeng ini jauh lebih efisien,”katanya.
Secara gizi, bandeng cabut duri juga tak kalah dengan daging sapi. Abon duri ini mengandung Omega 3.
Hasil penelitian Balai Pengembangan dan Pengkajian Mutu Hasil Perikanan, ikan bandeng mempunyai kandungan Omega-3 lebih tinggi dibanding ikan salmon, ikan tuna, dan ikan sarden.
Sementara kandungan protein pada bandeng juga tinggi, mencapai 20,38 persen. Asam folat, vitamin B6 dan B12 juga tinggi.
Kepala ikan bandeng mengandung valusa clarida, berfungsi mengontrol aliran darah. Lemaknya mengandung Ekosa Pentanioic Acid (EPA). Duri ikan mengandung kalsium dan kalogen. Kulit dan sisik ikan mengandung vitamin A dan B3, bagus untuk ibu hamil, pengidap jantung koroner dan arterikerosis.
Dari hasil penelitian yang didanai hibah Dikti ini, Bambang bertekad mengembangkannya menjadi usaha kecil menengah (UKM).
Dia optimis, jika ini dilakukan serius akan mendatangkan manfaat besar, terutama untuk penyerapan tenaga kerja baru.
”Dengan packaging yang bagus, saya yakin abon ini akan bisa bersaing dengan abon-abon yang ada saat ini,”katanya.
Untuk itu, Bambang berencana mendaftarkan temuannya tersebut menjadi hak atas kekayaan intelektual (HAKI).
”Saya berharap abon ini bisa menjadi kuliner khas di Surabaya bahkan Jatim. jadi wisatawan yang kesini bisa mendapat diversifikasi makanan selain olahan sapi yang enak dan bergizi,” harapnya.