Penuh Gelak Tawa, Lomba Kepruk Kendil Tuna Netra
Para penonton bersorak memberi semangat dan ‘arahan’ kepada para tuna netra tersebut
Penulis: Sutono | Editor: Satwika Rumeksa
SURYA Online, JOMBANG-Tiga orang penyandang tuna netra, sembari tangan kannya menghunus tongkat kayu, jarak sekitar 15 meter, berjalan ke arah tiga buah kendil (belanga dari tanah liat) berisi air yang bergelantungan pada palang mambu.
Para penonton bersorak memberi semangat dan ‘arahan’ kepada para tuna netra tersebut agar jalannya tak melenceng dari sasaran, menuju kendil dan memecahkannya.
Namun ada saja yang justru menjauh dari sasaran. Mereka juga terlihat ‘ngawur’ saat mengayunkan tongkat, sehingga tongkat hanya menghantam angin, bukan mengarah kendil.
Melihat ini, penonton tertawa lepas. Peserta sendiri ikut tertawa. Bahkan ketika ‘lawan’ berhasil memecahkan kendil berisi air dan airnya membasahi pakaian peserta di sebelahnya, mereka tetap tertawa gembira.
Itulah yang terlihat saat 30 penyandang tuna netra mengikuti lomba olahraga penyandang cacat yang digelar oleh Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Jombang, di Alun-alun Kota Jombang, Rabu (11/12/2013).
Edi Slamet (40), penyandang tuna netra asal Kecamatan Bareng, Jombang, salah satu peserta tuna netra yang berhasil memenangkan lomba kepruk kendil mengaku senang.
"Bisa ikut lomba saja sudah senang. Apalagi ini bisa memenangkan lomba kepruk kendil, dan memperoleh hadiah," kata Suparno, ditemui usai lomba, sembari memaerkan hadiah berupa kaus.
Lomba kepruk kendil bagi penyandang tuna netra ini sebenarnya tidak berbeda dengan yang dilombakan untuk masyarakat umum, utamanya saat perayaan 17 Agustusan.
Tapi sebelum lomba dimulai, peserta dikumpulkan dan diberikan penjelasan teknis permainan. Setelah itu, satu demi persatu dari peserta dipandu panitia melakukan simulasi.
Dari garis start yang berjarak sekitar 15 meter dari keberadaan kendil digantung, mereka diminta menghitung jumlah langkah, sehingga tepat di bawah kendil.
Saat berada di titik finis itulah tongkat yang dipegang penyandang tuna netra ditempelkan perlahan di permukaan kendil. "Anda baru boleh memukul kendil setelah yakin tongkat berada di dekatnya. Jangan dipukul berkali-kali, nanti kena penonton dan peserta lain!” ujar panitia.
Tiga orang tuna netra berbaris di garis start. Panitia juga menutupi mata mereka dengan kain warna hitam, juga wajib mengenakan helm. Itu dilakukan untuk menghindari pukulan nyasar. Begitu peluit berbunyi, tiga peserta langsung mengayunkan langkah.
Beberapa saat kemudian terdengar suara benturan benda keras, sebuah kendil pecah dihantam tongkat oleh seorang peserta. Sedangkan dua peserta lainnya masih sibuk berulang kali menghantamkan tongkatnya, namun hanya mengenai udara.
Karena sudah ada yang berhasil memecahkan kendil, panitia menggiring dua peserta gagal itu ke luar arena. Peserta yang menang langsung menerima hadiah sebuah kaus dari panitia.
Panitia pelaksana lomba olahraga penyandang cacat, Edi Sungkono (45), mengungkapkan, acara lomba khusus penyandang cacat seperti ini baru pertama digelar di Jombang.
Tujuannya untuk memberikan semangat bagi penyandang cacat tersebut. Menurut Edi, penderita keterbatasan fisik punya hak yang sama dengan masyarakat normal.
Oleh karena itu mereka diajak berkumpul sekaligus rekreasi secara kejiwaan. “Dengan begitu, mental para penyandang cacat semakin terbangun,” kata Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Cendekia Kecamatan Kabuh yang juga Kasi Olahraga Cacat FORMI Jombang.
Selain lomba kepruk kendil khusus tuna netra, panitia juga menggelar lomba balap kursi roda bagi penyandang tuna daksa. "Pada dasarnya penyandang cacat punya hak sama dengan masyarakat normal. Mereka butuh olahraga dan rekreasi," pungkas Edi.