Awal 2014, Traktor Roda 4 Akan Diproduksi di Pasuruan
Pabrik traktor roda empat pertama di Indonesia tersebut akan berproduksi mulai awal tahun 2014.ISEKI & Co.Ltd, investornya asal Jepang.
Penulis: Mujib Anwar | Editor: Parmin
SURYA Online, SURABAYA - Niat ISEKI & Co.Ltd, investor asal Jepang merelokasi pabriknya ke Jatim secara bertahap akhirnya terwujud. Pasalnya mulai awal tahun 2014 nanti, pabrik traktor roda empat pertama di Indonesia tersebut akan memulai berproduksi.
Kepastian tersebut disampaikan langsung President ISEKI & Co.Ltd Noriyuki Kimura kepada Gubernur Soekarwo di Gedung Negara Grahadi, Senin (18/11/2013).
Ketika bertemu orang nomor satu di Jatim, Kimura didampingi Presiden Direktur Budi Iskandar PT Rutan – perusahaan yang digandeng ISEKI sebagai partner untuk menanamkan investasinya di Jatim.
Kimura mengatakan, semua persiapan untuk produksi perdana traktor roda empat telah dilakukan di pabrik di kawasan Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER). “Awal tahun depan (2014) produksi sudah dimulai,” ujarnya di hadapan Gubernur Soekarwo.
Gubernur Soekarwo menyambut baik rencana produksi traktor roda empat pertama di Indonesia dari pabrik yang ada di Jatim. Meski traktor yang diproduksi untuk melayani ekspor ke negara-negara di kawasan Amerika Utara, Asia Tengah, dan Eropa, keberadaan pabrik traktor dengan nilai investasi 18 juta dolar pada tahap awal ini diharapkan akan semakin menarik derasnya investasi masuk ke Jatim.
“Apalagi ISEKI yang notabene perusahaan raksasa produsen traktor juga berniat merelokasi seluruh pabriknya yang ada di Jepang ke Jatim,” terangnya.
Alasan relokasi pabrik, lanjut Pakde Karwo untuk efisiensi, karena harga lahan dan biaya produksi di Jepang sangat mahal.
“Selain itu, tenaga kerja di sana (Jepang) juga mahal, jauh lebih murah di sini,” katanya.
Sebelum memberikan persetujuan relokasi pabrik, kata Pakde Karwo, pihaknya akan mengecek betul apakah operasional pabrik traktor tersebut limbahnya rendah atau tidak. Lalu kalau segmen pasar dalam negeri nonpadat karya dan untuk memenuhi ekspor, maka harus menggunakan high technology.
“Terkait limbah, kalau limbahnya tinggi akan kita tolak. Sementara jika menggunakan high technology, maka nantinya harus ada alih teknologi,” tegas Pakde.
Selain itu, syarat lain yang harus dipenuhi sebelum relokasi pabrik, ISEKI juga diminta memperhatikan muatan lokal. Ini berarti, jika bahan baku yang dibutuhkan ada di Jatim, maka pabrik dilarang mengimpornya dari luar negeri. Untuk itu, perusahaan lokal harus ikut dan dilibatkan.
“Nanti akan dibuat sistem dan model kerjasamanya. Kerjasama itu akan diteken (ditandatangani) disini. Cara seperti ini sudah kita lakukan sejak Cheil Jedang,” tandas Pakde Karwo.
Pakde menambahkan, setelah melakukan produksi awal tahun 2014, ISEKI juga berjanji akan menambah kembali investasinya di Jatim sebesar 12 juta dolar.