Soekarno Memotivasi Fahmi Gali Borobudur
Saya ditahan di depan ruangan tahanan yang pernah dihuni Soekarno, begitu membayangkan Soekarno saya kok terbersit bayangan Borobudur
Penulis: Wahjoe Harjanto | Editor: Wahjoe Harjanto
SURYA Online, BOGOR - Penulis buku Borobudur dan Peninggalan Nabi Sulaiman, Kiai Haji Fahmi Basya mengungkapkan, mimpinya bertemu dengan Soekarno saat menjalani masa tahanan di Lapas Suka Miskin Bandung Tahun 1979, memotivasi dirinya menggali misteri Borobudur.
"Saya ditahan di depan ruangan tahanan yang pernah dihuni Soekarno, begitu membayangkan Soekarno saya kok terbersit bayangan Borobudur yang sejak dahulu saya yakini sebagai bentuk model piring terbang," katanya pada Seminar Titik Balik Sejarah Borobudur di Bogor, Sabtu (6/4/2013).
Ia melanjutkan, malam itu terus terbayang tentang Borobudur dan saat tertidur kemudian bermimpi bertemu dengan Soekarno yang terlihat menganguk-anguk membenarkan teorinya bahwa Borobudur adalah sebuah model pesawat luar angkasa.
"Model Borobudur secara ilmiah bisa dibuktikan merupakan model pesawat luar angkasa, demikian juga saya yakin model Tugu Monas juga merupakan kebalikan dari bentuk pesawat tadi karena asapnya berada di atas," katanya.
Tahun 2008, K.H. Fahmi mulai menulis hipotesa tentang keberadaan Borobudur sebagai bentuk peninggalan Nabi Sulaiman. "Saya layangkan kisah ini di internet, tetapi tidak banyak mendapat tanggapan," katanya.
Motivasi semakin kuat setelah Tahun 2001 bertemu dengan temannya yang baru pulang dari ibadah haji. "Jangan-jangan teori Anda benar kalau Sleman itu dari kata Sulaeman," katanya menirukan ucapan temannya itu.
Ia mengungkapkan, saat ini, sudah melakukan ekspedisi Borobudur ke-20 dan bulan ini akan ada ekspedisi ke-21 untuk melihat bukti-bukti teori saya itu.
"Ada 40 bukti eksak yang tidak terbantahkan dan saya membuka diri kepada siapapun untuk menguji teori saya itu," katanya.
Sebelumnya, dia juga berkeyakinan terungkapnya misteri Candi Borobudur yang merupakan peninggalan Sulaiman dan merupakan penjelasan dari ayat-ayat Alquran itu akan berpotensi untuk mengislamkan masyarakat dunia.
"Masyarakat dunia akan berbondong-bondong mendatangi Borobudur untuk melihat bukti-bukti itu," katanya.
Ia menyebutkan, Candi Borobudur tersusun dari dua bangunan, yaitu bagian bawah merupakan karya masa Nabi Sulaiman dengan bantuan para jin dan bagian puncak merupakan bangunan milik Ratu Saba yang dipindahkan dengan kecepatan cahaya ke bagian atas Candi Borobudur.
"Pemindahan Istana Boko milik Ratu Saba itu tertulis dalam Alquran," katanya.
Dalam buku tersebut, dia menjelaskan, dengan detail dan ilmiah bukti-bukti bahwa Borobudur merupakan peninggakan Nabi Sulaeman, seperti adanya relief yang menggambarkan kisah Nabi Yunus yang terlempar dari kapal dan siap diterkam ikan besar.
Kemudian, ada relief yang menggambarkan Nabi Sulaeman, Nabi Daud (ayah Sulaeman), kisah Ratu Saba yang mengangkat kain karena dikira lantai yang diinjaknya adalah kolam.
Bambang Putra, Ketua Yayasan Generasi Ahad, yang mensponsori acara itu mengatakan, hipotesa dari K.H. Fahmi itu perlu diuji untuk lebih menyempurnakan fakta-fakta yang ada.
"Kita membuka diri kepada siapa pun untuk menguji hipotesa itu. Kalau semakin menguatkan, ini sangat berpotensi untuk makin mempertebal rasa nasionalisme kita sebagai bangsa Indonesia," katanya.
"Saya ditahan di depan ruangan tahanan yang pernah dihuni Soekarno, begitu membayangkan Soekarno saya kok terbersit bayangan Borobudur yang sejak dahulu saya yakini sebagai bentuk model piring terbang," katanya pada Seminar Titik Balik Sejarah Borobudur di Bogor, Sabtu (6/4/2013).
Ia melanjutkan, malam itu terus terbayang tentang Borobudur dan saat tertidur kemudian bermimpi bertemu dengan Soekarno yang terlihat menganguk-anguk membenarkan teorinya bahwa Borobudur adalah sebuah model pesawat luar angkasa.
"Model Borobudur secara ilmiah bisa dibuktikan merupakan model pesawat luar angkasa, demikian juga saya yakin model Tugu Monas juga merupakan kebalikan dari bentuk pesawat tadi karena asapnya berada di atas," katanya.
Tahun 2008, K.H. Fahmi mulai menulis hipotesa tentang keberadaan Borobudur sebagai bentuk peninggalan Nabi Sulaiman. "Saya layangkan kisah ini di internet, tetapi tidak banyak mendapat tanggapan," katanya.
Motivasi semakin kuat setelah Tahun 2001 bertemu dengan temannya yang baru pulang dari ibadah haji. "Jangan-jangan teori Anda benar kalau Sleman itu dari kata Sulaeman," katanya menirukan ucapan temannya itu.
Ia mengungkapkan, saat ini, sudah melakukan ekspedisi Borobudur ke-20 dan bulan ini akan ada ekspedisi ke-21 untuk melihat bukti-bukti teori saya itu.
"Ada 40 bukti eksak yang tidak terbantahkan dan saya membuka diri kepada siapapun untuk menguji teori saya itu," katanya.
Sebelumnya, dia juga berkeyakinan terungkapnya misteri Candi Borobudur yang merupakan peninggalan Sulaiman dan merupakan penjelasan dari ayat-ayat Alquran itu akan berpotensi untuk mengislamkan masyarakat dunia.
"Masyarakat dunia akan berbondong-bondong mendatangi Borobudur untuk melihat bukti-bukti itu," katanya.
Ia menyebutkan, Candi Borobudur tersusun dari dua bangunan, yaitu bagian bawah merupakan karya masa Nabi Sulaiman dengan bantuan para jin dan bagian puncak merupakan bangunan milik Ratu Saba yang dipindahkan dengan kecepatan cahaya ke bagian atas Candi Borobudur.
"Pemindahan Istana Boko milik Ratu Saba itu tertulis dalam Alquran," katanya.
Dalam buku tersebut, dia menjelaskan, dengan detail dan ilmiah bukti-bukti bahwa Borobudur merupakan peninggakan Nabi Sulaeman, seperti adanya relief yang menggambarkan kisah Nabi Yunus yang terlempar dari kapal dan siap diterkam ikan besar.
Kemudian, ada relief yang menggambarkan Nabi Sulaeman, Nabi Daud (ayah Sulaeman), kisah Ratu Saba yang mengangkat kain karena dikira lantai yang diinjaknya adalah kolam.
Bambang Putra, Ketua Yayasan Generasi Ahad, yang mensponsori acara itu mengatakan, hipotesa dari K.H. Fahmi itu perlu diuji untuk lebih menyempurnakan fakta-fakta yang ada.
"Kita membuka diri kepada siapa pun untuk menguji hipotesa itu. Kalau semakin menguatkan, ini sangat berpotensi untuk makin mempertebal rasa nasionalisme kita sebagai bangsa Indonesia," katanya.