Perjalanan Fifin

Ajak Keluarga Camping di Ranu Regulo

Liburan menyenangkan di kaki Semeru. Jika Semeru tidak sedang batuk-batuk, Ranu Regulo patut dicoba.

Editor: Endah Imawati
Ajak Keluarga Camping di Ranu Regulo
dok fifin
SURYA Online, MALANG - Berbanggalah di Jawa Timur terdapat hamparan pegunungan Bromo-Tengger-Semeru yang memiliki sebentang keindahan alam. Di lereng Semeru saja terdapat tiga danau alami yaitu Ranu Pane, Ranu Regulo, dan Ranu Kumbolo dengan keindahannya masing-masing. Ketika Semeru tidak batuk-batuk dan pendakian dibuka, tidak ada salahnya camping di salah satu danaunya bersama keluarga.

Ada dua jalur yang umum yaitu lewat dari Malang menuju Tumpang, lanjut sampai ke Gubug Klakah dan Ngadas. Bisa juga dari Lumajang langsung menuju ke desa Ranu Pane. Pos Ranu Pane tersebutlah yang menjadi desa terakhir untuk melakukan pendakian. Di kaki Semeru terdapat Ranu Pane dan Ranu Regulo, sementara untuk menuju Ranu Kumbolo harus mendaki lereng Semeru lebih kurang empat jam lamanya.

Awal tahun 2000-an, rumah-rumah penduduk menjadi rumah singgah buat pendaki yang ingin beristirahat sejenak, namun saat ini sudah banyak dibangun penginapan di sekitar Ranu Pane yang bisa memanjakan para pengunjung dengan fasilitas tempat istirahat dan MCK yang cukup nyaman. Dengan pembangunan tersebut, menjadi sangat disayangkan, Ranu Pane sudah tidak seindah dan sealami dulu, sehingga kalau ingin camping, bergeserlah menuju Ranu Regulo. Ranu Regulo adalah danau kedua yang bisa ditemui, berjarak sekitar lima menit jalan kaki dari Ranu Pane.

Sekelompok teman baru, dengan kehidupan yang sudah cukup mapan, dan mulai mencoba menikmati keindahan alam, ingin mencicipi Ranu Regulo. Rombongan itu adalah beberapa keluarga dari berbagai usia dengan diangkut tiga mobil off road. Adrenalin mereka sedang naik-naiknya untuk menikmati alam, sehingga momen ajojing di jalanan berbatu dengan mobil off road dan meringkuk kedinginan di depan api unggun justru dinantikan.

Meeting point kami adalah di Malang. Dan saya begitu kaget dengan perlengkapan yang dibawa oleh teman-teman, mulai dari peralatan memasak, memanggang, cool box, termos, ada semua. Gile… emang beda ya sama zaman saya pas camping ala kadarnya, bahkan dulu pernah merasakan tidur di bivak, tenda yang dibuat dari jas hujan, saat masih belum punya tenda, hehehehe….

Anyway, ya sudahlah, toh saya bisa ikutan menikmati kenyamanan perlengkapan mereka. Harap maklum juga, ada anak-anak kecil yang turut dibawa, sehingga mungkin juga tidak bisa sembarangan.

Lanjut… sampai akhirnya kami tiba di Desa Ranu Pane di siang menjelang sore dengan perut keroncongan. Sebelumnya, kami sempat order makan siang pada penduduk setempat, sehingga saat tiba, langsung menyerbu makan siang terlebih dahulu. Hmm… serba enak rasanya, karena semuanya dimasak dengan kayu bakar. Penduduk sana memang memanfaatkan kayu bakar untuk memasak sekaligus menghangatkan tubuh. Di kaki gunung ini, suhunya sudah cukup dingin, bahkan kalau pas kemarau, malam hari sudah bisa membuat menggigil.

Setelah energi terisi, kami bersiap bongkar semua barang dari mobil untuk dibawa ke tepian Ranu Regulo. Beberapa menyiapkan tenda dan api unggun untuk nanti malam dan beberapa lagi menggelar dapur dadakan, menyiapkan kopi, the, dan bersiap untuk menu utama nanti malam. Sementara itu, anak-anak bebas berlari menikmati alam.

Tenda kami telah terpasang, berjajar menghadap danau yang masih sangat alami, dengan alam hijau di sekelilingnya. Untungnya saat itu, hanya kelompok kami yang bermalam di sini, sehingga serasa dunia hanya milik kami saja. Sore menjelang sunset, saatnya berkumpul dan bercerita. Namun saya sudah tidak sabar dengan menu utama malam ini, steak ala Mas Datz. Sebelumnya saya pernah mencicipi hasil karyanya saat di rumahnya Malang dan saya sungguh ketagihan.

Malam itu rupanya lidah saya akan dimanjakan dengan menu itu lagi. Hmmm… juicy steak dengan bumbu yang pas dan sayuran segar… so yummy…. Api unggun dinyalakan, saatnya lepas tertawa dan bercanda dengan sebotol anggur persahabatan.

Setiap saya berada di alam bebas seperti ini, bangun pagi menjadi hal yang selalu menyenangkan. Tubuh fresh dengan kehangatan matahari yang mengintip perlahan. Jauh berbeda kalau pas di kota, bangun pagi dengan sejuta beban pekerjaan, serasa ogah-ogahan beranjak dari kasur.

Menu pagi ini roti bakar isi telor karya Mbak Yuli. Enak-enak-enak… dipadu dengan secangkir kopi hangat. Wow… mantap…. Benar-benar sempurna pagi saya. Saya hanya bagian mengabadikan setiap momen perjalanan indah ini di kamera dan di memori otak saya 

Pulangnya, kami mampir turun ke Jemplang. Itu savana hijau menuju ke lautan pasir Bromo untuk sekadar foto-foto dan bonus perjalanan.

Keesokan harinya, pasti anak-anak berceloteh di sekolah tentang liburan mereka yang begitu menyenangkan. Di era teknologi yang semakin canggih ini, tidak ada salahnya untuk mengenalkan mereka supaya tidak gaptek, namun jangan lupa pula untuk turut mengembangkan kehidupan sosialnya baik dengan lingkungan maupun dengan alam, agar tidak hanya menjadi manusia robot, tapi manusia yang tetap punya hati.

Cobalah dengan mulai menikmati camping nyaman seperti di Ranu Regulo ini, agar cinta terhadap alam Indonesia senantiasa tumbuh dan berkembang. Siapa lagi yang harus mencintai tanahnya, jika bukan warganya.

Fifin

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved