Gadget Style
Minimal Dapat Diadopsi oleh Perbankan Dulu
Agar berjalan baik, teknologi NFC butuh kemitraan dalam organisasi pembayaran, bank, operator selular, sistem integrator, dan komunitas pengembang.
Penulis: Dyan Rekohadi | Editor: Tri Dayaning Reviati
Meski teknologi NFC dalam ponsel belum dimanfaatkan secara optimal di Indonesia, masyarakat yang bergelut di bidang teknologi informasi (IT) lebih familier dan justru berharap bisa bermunculan teknologi penunjang dari bidang usaha lain.
Untuk berjalan dengan baik, teknologi NFC membutuhkan kemitraan kunci dalam berbagai organisasi pembayaran, bank, operator selular, sistem integrator, komunitas pengembang, dan lain sebagainya. Semuanya memiliki peran untuk menyukseskan NFC secara komersial.
Direktur CV Pena Media Creativindo, Adhika Dwi Pramudita misalnya, ia berharap teknologi ini bisa segera diadopsi oleh pihak perbankan di Indonesia.
“Teknologi NFC sebenarnya bisa sangat membantu dalam bisnis, kalau bidang-bidang pembayaran atau bank sudah menerapkan aplikasinya, saya bisa bertransaksi pakai ponsel, apalagi ponsel saya sudah terkoneksi Google wallet,” ujar Dhika kepada Surya, Senin (19/11/2012).
Bukan hanya mempermudah melakukan transaksi, bagi orang-orang yang jarang membawa uang tunai, teknologi NFC bisa dijadikan peluang untuk sosialisasi produk.
Dhika menyebut, dengan memanfaatkan NFC tags (alat kecil seperti lempeng pin yang bisa diprogram data dan bisa dibaca ponsel ber NFC) orang dapat mempromosikan produk tertentu.
“Misalkan barang tertentu saya diberi NFC tags, nanti siapa saja yang memiliki ponsel ber NFC dan mendekatkannya secara otomatis akan mendapat data produk saya berikut informasi lain yang saya programkan,” papar pengusaha muda di bidang content web ini.
Ia menyebut program pengisian data pada NFC tags cukup mudah dan bisa dilakukan oleh programing pemula atau dipesan langsung pada penjual NFC tags. Hanya saja, NFC tags di Indonesia saat ini masih cukup mahal. Untuk sebuah NFC tags harganya sekitar Rp 20.000.
