Pedagang Emas Kaki Lima Sepi Transaksi
Andik (30) pedagang emas keki lima yang biasa mangkal di depan toko emas Bentoel, mengeluh. belum ada transaksi.
Penulis: Agus Purwoko | Editor: Rudy Hartono
Kendati demikian, ia rela bersabar menunggu di samping alat pengukur emasngnya. Andi berharap, usai berbuka puasa ada warga yang menjual emas ke dirinya. Pria yang sudah enam tahun berbisnis jual beli emas di trotoar ini mengaku tahun ini, bisnisnya sepi sekali dibanding tahun sebelumnya.
Selama bulan puasa, pria beranak dua ini hanya bertransaksi tidak lebih dari enam orang. Padahal penjual yang datang ke standnya lebih dari 10 orang.
“Kadang-kadan penjual emas itu, ingin harga tinggi. Paling tidak sama dengan harga kulak toko emas. Jelas kami tidak mau, karena kalau sama dengan toko emas, saya gak dapat untung,” terang Andik, Rabu (15/8/2012) sore.
Andik yang terlahir di Kelurahan/Kecamatan Kanigaran, Kota setempat ini, membeli atau mengulak emas yang tidak bersurat atau tidak memiliki nota toko. Emas yang begitu, biasanya suratnya hilang. Bahkan terkadang penjual mengaku emas yang dijual pada Andik dari hasil nemu milik orang yang hilang.
Lelaki yang meneruskan profesi orang tuanya ini harus teliti mengamati orang yang menjual emas ke dirinya. Sebab bisa saja emas yang dibelinya hasil dari perampasan atau pencurian. Kalau itu terjadi dan diketahui polisi, tentunya akan berhadapan dengan hukum.
“kami tahu emas hasil curian atau tidak. Yah dilihat dari tampang dan usia penjualnya,” ucapnya.
Biasanya Andik enggan atau menolak kalau ada seorang pemuda yang menjual emas. Karenanya selama menjalankan bisnis jual beli emas, ia belum pernah berurusan dengan polisi. Andik juga mengatakan kalau emas yang dibelinya, dijual ke pedagang emas Bangil. Kabupaten Pasuruan.
Andik (30) pedagang emas keki lima yang biasa mangkal di depan toko emas
Bentoel, mengeluh. Sebab seharian pria yang tinggal di Kelurahan
Pilang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo ini, belum ada transaksi.