Korban Ayah Kandung Terus Tanyakan Kakinya, Juga Trauma Suara Mirip KA

Madiun - Surya-Endy Tegar Kurniadinata, bocah 3,5 tahun asal Dusun Robahan, Kelurahan/Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun yang kaki kanannya putus setelah dilindaskan kereta api (KA) oleh ayah kandungnya, kini mengalami trauma berat. Selama dua hari menjalani perawatan di RSUP dr Soedono Madiun, anak pertama pasangan suami istri Puryanto, 27, dan Devi Kristiani, 25, itu terus menanyakan dimana kaki kanannya yang putus. "Kalau pas melihat kakinya, dia selalu tanya, 'Bu kemana kakiku? Kalau kakiku belum ditemukan, aku nanti nggak bisa jadi tentara',” kata Devi Kristiani menirukan pertanyaan Tegar. Kepada Surya yang berkunjung ke RSUP dr Soedono, Senin (6/7), Devi mengatakan anaknya tersebut seringkali menanyakan kakinya. Setiap kali pertanyaan itu muncul, Devi pun memeluk Tegar dan mengelus-elus kepalanya. Ibu dua putra yang setiap pukul 02.00 WIB membantu bibinya berjualan jenang di Pasar Mejayan Madiun ini bertambah nelangsa apabila mengingat perkataan tim dokter bahwa kaki kanan anaknya sudah tidak bisa disambung lagi karena kondisinya remuk serta jeda waktu perawatan sudah lebih dari 6 jam. Karenanya, Devi kerap kali menitikkan air mata apabila Tegar menanyakan kakinya yang putus. Apalagi Tegar bercita-cita ingin menjadi tentara. Kepada ibunya, Tegar juga mengatakan tak mau lagi bertemu dengan ayahnya yang kini masih buron. "Saya nggak mau ketemu bapak lagi. Biar bapak ditangkap polisi, biar dia dihukum saja,” kata Tegar lirih saat Surya ikut nimbrung pembicaraan dengan ibunya. Ketika ditanya soal ayahnya, Tegar sepertinya menyimpan rasa marah. “Waktu mau ditabrak kereta api, bapak mencekik leher saya, saya tidak bisa berteriak. Biar bapak ditangkap saja,” kata Tegar. Seperti diberitakan Surya (Senin, 6/7), Puryanto tega melindaskan kaki anaknya, Endy Tegar Kurniadinata, 3,5 tahun, ke KA yang sedang melintas, Minggu (5/7) dinihari sekitar pukul 03.00 WIB. Puryanto melakukan itu karena jengkel keinginannya bersebadan ditolak istrinya. Akibat perbuatan keji ayahnya itu, kaki kanan Tegar putus tepat di beberapa sentimeter di atas mata kakinya. Lebih tragis lagi, beberapa saat setelah kakinya dilindas KA, Tegar dengan luka parah terpaksa harus berjalan merangkak pulang ke rumahnya untuk meminta tolong kepada kakek dan neneknya. Tak ada warga yang menolong, karena saat itu masih pagi buta. Sedangkan Puryanto langsung kabur entah kemana. Saat olah TKP, polisi memintai keterangan sejumlah saksi dan pihak keluarga korban. Sementara potongan kaki Tegar langsung dibawa ke RSUP dr Soedono. Polisi juga mengamankan barang bukti berupa secarik kertas berisi tulisan tangan Puryanto yang menuliskan alasan dia berbuat sesadis itu. Dalam selembar kertas yang ditinggalkan di rumahnya itu Puryanto mengaku jengkel pada istrinya, Devi Kristiani, karena menolak saat diajak berhubungan intim. Sedangkan menurut keterangan Devi Kristiani, dirinya tak bermaksud menolak keinginan suami. Namun setiap pukul 02.00 WIB ia harus berangkat ke Pasar Mejayan untuk membantu bibinya, Ny Saimah, 53, berjualan jenang. Menurut Devi, hal itu dilakukan untuk mendapatkan uang tambahan demi memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Sebab, dengan penghasilan suami yang hanya bekerja sebagai penjual pentol celup keliling, keluarganya selalu kekurangan. Trauma Suara Keras Selain terus menanyakan kakinya, menurut Devi Kristiani, Tegar juga ketakutan ketika mendengar suara keras atau suara mirip KA sedang berjalan. Bahkan ketika mendengar suara televisi ia juga ketakutan, seolah itu suara KA sedang berjalan. "Tadi saja, ada suara televisi dia langsung teriak-teriak ketakutan. Dia kemudian berteriak akan menabrakkan bapaknya ke kereta api,” kata Devi. Kepada Surya, Devi mengatakan sejak setahun terakhir ini dirinya sudah punya keinginan bercerai. Alasannya, Puryanto yang matan pengamen dan pencari barang rongsokan itu sering berbuat kasar dan ringan tangan terhadap dirinya dan Tegar. Hanya terhadap Febi Fajar, 2, anak keduanya, suaminya ini jarang melakukan kekerasan. Apalagi dengan peristiwa yang menimpa Tegar, Devi akhirnya melaporkan suaminya ke polisi. "Selama ini saya hanya diam. Selama ini setiap harinya dia hanya memberikan uang Rp 10.000. Karena itu saya kerja membantu bibi jualan jenang di pasar," paparnya. Devi menceritakan, dirinya mengenal Puryanto di Terminal Caruban, Mejayan. Saat itu, dia sedang membantu orangtuanya dan bibinya berjualan makanan di terminal tersebut. Setelah berkenalan, Puryanto mengajaknya ke Lampung untuk menikah di sana, karena dia masih ber-KTP Lampung sebagai transmigran. Devi juga mengungkapkan Puryanto pernah masuk penjara akibat kasus pencurian motor dan sapi di Lampung. Setelah menjalani hukuman itulah, Devi mengajaknya pulang ke Madiun untuk bekerja apa adanya. "Nggak tahunya malah jadi seperti ini, anak sendiri dijadikan korban,” kata Devi. Sementara itu, penderitaan Tegar langsung memantik simpati sejumlah pejabat Pemkab Madiun. Kemarin rombongan ibu PKK dipimpin Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Madiun Ny Sri Purwanti datang menjenguk Tegar di RSUP dr Soedono. Sri Purwanto datang didampingi sekitar 10 pengurus PKK serta sejumlah kepala dinas. Ny Sri Purwanti yang juga istri Bupati Madiun, Muhtarom, menjelaskan dirinya sangat berduka atas kejadian yang menimpa Tegar. Menurutnya, perbuatan ayah kandung Tegar sangat tak manusiawi. "Sekarang yang penting penanganan Tegar, agar dia tetap bersemangat dan mau sekolah. Jangan sampai dia minder. Untuk bantuan lainnya, karena keluarganya masuk keluarga pra sejahtera, kami akan usulkan mendapat bantuan lainnya," katanya. Direktur RSUP dr Soeodono dr Dodo Anondo mengatakan kaki Tegar tak dapat disambung lagi karena potongan kakinya sudah remuk dan syaraf-syarafnya sudah rusak. Di samping itu, sudah lebih dari enam jam ketika potongan kaki itu dibawa ke rumah sakit sejak peristiwa pelindasan KA terjadi. "Yang penting kondisi Tegar semakin membaik," tegasnya. st14
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved