Kasus Tewasnya Nahrawi Cs di Wisma Prambanan, 2 Pasutri Berniat Gandakan Uang
Sumenep | Surya-Motif tewasnya dua pasangan suami istri (pasutri) di Wisma Prambanan, Bungurasih, Waru, Sidoarjo masih misterius. Polisi masih harus menunggu hasil penelitian Labfor (laboratorium dan forensi) terhadap air berwarna keruh yang diduga sebagai obat kuat atau air ramuan yang meracuni keempat korban.
Namun informasi lain datang dari kerabat mereka di Sumenep bahwa keempat korban itu ke Surabaya bermaksud menggandakan uang untuk mencari jalan pintas menyelesaikan utang-utang mereka.
“Bohnaan ngomong ke saya akan ke Surabaya dengan Nahrawi dan istrinya untuk menggandakan uang karena terlilit hutang,” ujar Moh Yunus, 40, warga Desa Paseraman, Kecamatan Arjasa, Sumenep yang juga teman Bohnaan, Jumat (3/4).
Seperti diberitakan, dua pasutri ditemukan tewas di kamar berbeda di Wisma Prambanan Jl Letjen Soetoyo, Bungurasih, Waru, Sidoarjo, Kamis (2/4) sekitar pukul 13.00 WIB. Ada dugaan, keempatnya menemui ajal akibat keracunan obat kuat atau air ramuan berwarna pekat yang mereka konsumsi.
Polisi masih menyelidiki, apakah air itu mereka konsumsi secara sengaja, ataukah diberi oleh orang lain dengan tujuan untuk membuat keempatnya terbunuh. Keempat korban tewas adalah Nahrawi, 28, dan istrinya, Samawiyah, 25, asal Desa Barat Pasar, Kalikatak RT 6/RW 7, Kecamatan Arjasa, Sumenep. Keduanya ditemukan di lantai II kamar 25.
Sedangkan Bohnan, 41, dan istrinya, Miwati, 31, asal Daandong RT2/RW4, Kecamatan Arjasa, Sumenep, ditemukan sudah menjadi mayat di lantai III kamar 35. Di dekat kedua mayat itu terkulai Wulandari, 5, yang kelelahan menangisi kematian kedua orangtuanya.
Dari mulut keempat korban tak ditemukan keluarnya busa seperti yang muncul pada orang keracunan. Namun di pipi keempat korban lebam menghitam dan hidungnya mengeluarkan darah.
Indikasi keracunan diperoleh setelah polisi menemukan sejumlah barang bukti di kedua kamar itu. Antara lain sisa air mineral berwana gelap atau keruh yang dikemas dalam botol plastik ukuran 600 ml. Air warna keruh ini sama-sama ada di kedua kamar tersebut.
Moh Yunus mengatakan dirinya akhir-akhir ini sering mendengar Bohnaan mengeluh terlilit banyak hutang. Karena itulah, Bohnaan akan ke Surabaya bersama Nahrawi dan istrinya karena telah menemukan seseorang yang bisa menggandakan uang.
Namun, lanjut Yunus, korban tak menceritakan di mana tempat penggandaan uang tersebut. Korban hanya menyebut ada dua orang lain yang akan mengantarkan mereka ke dukun di Surabaya yang katanya bisa menggandakan uang. Bohnaan juga tidak menyebut siapa dan asal mana dua orang yang akan mengantarkan itu. ”Yang saya ingat, sebelum berangkat ke Surabaya dia katanya akan menginap di rumah Mukhles yang katanya rumahnya di Kelurahan Bangselok, Sumenep,” lanjut Yunus.
Sementara itu, Awi, 59, ayah Nahrawi, membenarkan bahwa anaknya itu juga punya rencana membeli mobil pick up di Surabaya, yang akan dijadikan mobil angkutan antar desa di Pulau Kangean. “Setahu saya dia punya simpanan uang di bank. Sedangkan uang tunai yang dia bawa sekitar Rp 21 juta,” ujar Awi saat dihubungi Surya via telepon, Jumat (3/4).
Musleh Diamankan
Sementara itu, Musleh yang dianggap sebagai saksi kunci kematian Nahrawi cs kemarin (3/4) diboyong tim Polwiltabes Surabaya dan Polres Sidoarjo ke Surabaya. Lelaki asal Lenteng Timur, Kecamatan Lenteng, Sumenep, itu dijemput di rumahnya, Kamis malam.
Penjemputan ini karena Musleh juga check in di wisma itu bersama seorang perempuan di kamar 37 sekitar pukul 16.25 WIB. Keduanya check out lebih cepat sehari atau Rabu (1/4) pukul 10.00 WIB. Sedangkan empat korban ditemukan sudah menjadi mayat, Kamis (2/4) sekitar pukul 13.00 WIB.
Musleh saat dijemput polisi mengaku tidak tahu apa-apa. Ketika polisi memberitahu jika empat temannya telah meninggal dunia di Wisma Prambanan, Musleh lemas. “Saya tidak tahu apa-apa pak. Saya pulang duluan,” tutur Musleh ditirukan sumber di kepolisian.
Dikatakan sumber tadi, Nahrawi adalah adik Miwati dan Musleh adalah teman Nahrawi. Apakah Nahrawi beserta istrinya membawa uang banyak dan perhiasan, Musleh mengaku Nahwari membawa uang, tapi jumlahnya tidak sampai jutaan rupiah.
Dijelaskan sumber tadi, pengakuan Musleh diduga masih ada yang disembunyikan sehingga penyidik akan terus mengoreknya. Pasalnya, Musleh ditengarai tahu hari-hari terakhir dua pasutri sebelum meregang nyawa. Bahkan ia sempat jalan-jalan bersama para korban di Surabaya. Sesuai perkirakan dokter, korban meninggal dunia pada Rabu (1/4) pukul 23.00 WIB sampai Kamis (2/4) pukul 11.00 WIB.
Secara terpisah, Kapolres Sidoarjo AKBP Setija Junianta yang memimpin olah TKP kemarin sempat menyinggung ada unsur klenik terkait keberadaan air berwarna keruh yang di dalamnya ada pasirnya.
“Soal air berwarna keruh itu, kami masih menunggu hasil otopsi dan penelitian labfor, zat apa yang membuat kematian korban,” tambah Kasat Reskrim Polres Sidoarjo AKP Victor Mackbun.
Dari informasi yang berhasil dihimpun, berdasarkan ciri-ciri keempat korban, kemungkinan besar mereka meninggal karena keracunan setelah mengonsumsi air berwarna keruh yang bercampur butiran seperti pasir itu.
Dari penelusuran Surya, zat beracun yang mematikan tanpa meninggalkan bekas adalah zat arsenik, arsen, atau arsikum. Arsenik adalah bahan metaloid yang terkenal beracun dan memiliki tiga bentuk senyawa terpopuler. Bentuk pertama arsenik trioksida (As203). Senyawa ini kerap disebut arsenikum. Bentuk aslinya bubuk putih mudah larut, utamanya dalam air panas. Karena itu, arsenik trioksida biasanya dicampur ke dalam kopi.
Bentuk kedua, arsenik triklorida (AsCl3). Bentuknya menyerupai minyak berwarna kuning. Senyawa ini jarang dipakai karena daya racunnya relatif rendah. Dan bentuk ketiga, arsin (AsH3) merupakan bentuk arsenik paling beracun. Wujudnya gas dan sering dipakai sebagai senjata kimia di dalam perang modern.
Bagi masyarakat zaman dulu, arsenik merupakan zat sering digunakan sebagai bahan utama warangan, atau zat yang sering digunakan sebagai pelapis permukaan keris. Fungsi arsen pada warangan keris mampu membangkitkan penampilan pamor keris, sehingga mempertegas kontras pamor. Dan yang pasti, saat keris menikam, maka dalam hitungan detik tubuh lawan akan meregang nyawa.
Penggunaan arsenik dengan dicampur pada makanan atau minuman, memiliki efek tidak langsung mematikan. Tapi lebih dulu meracuni lambung dan usus. Kedua organ ini merespon racun dengan berusaha mengeluarkannya melalui rasa mual, muntah dan diare. Hal ini bila dicampurkan dalam jumlah 200 mg. ”Tapi bila dalam jumlah lebih dari 500 mg, atau lebih seperti yang digunakan pada warangan, kemungkinan efek langsung bisa terjadi,” ujar salah satu sumber ditemui di IKF RSU Dr Soetomo.
Terhadap kasus kematian empat orang asal Sumenep ini, sumber ini mengatakan ada dugaan barang bukti air keruh itu campuran arsenik dalam jumlah besar. Namun apakah air itu sengaja mereka ramu, atau pemberian orang lain, itu yang masih perlu dibuktikan. st2/mif/rie/iit
Berita Terkait