Pilpres 2019
3 Alasan SBY Bermanuver pada Prabowo-Sandi, Berikut Penjelasan Analis Politik, Mahfud MD Berkomentar
Analis Politik dan Direktur IndoStrategi Arif Nurul Imam beri penjelasan mengenai manuver SBY (Susilo Bambang Yudhoyono). Mahfud MD juga berkomentar.
SURYA.co.id | JAKARTA - Analis Politik dan Direktur IndoStrategi Arif Nurul Imam memberikan penjelasan mengenai manuver SBY (Susilo Bambang Yudhoyono). Mahfud MD juga ikut memberi komentar.
Terbaru, SBY memperlihatkan manuver kontraproduktif terkait Kampanye akbar Prabowo-Sandi. Imam memberikan penjelasan tiga analisa mengenai manuver tersebut.
Seperti diketahui, pada Minggu (7/4/2019), Prabowo melakukan kampanye akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
SBY pun menuliskan surat teguran atas model kampanye terbuka pasangan nomor urut 02 itu.
Menurut Arif, pertama, dukungan Demokrat terhadap Prabowo-Sandi yang setengah-setengah diyakini disebabkan oleh konsensus politik yang belum tuntas di antara mereka.
• VIDEO FAKTA Terbaru Audrey Siswi SMP Disiksa 12 Siswi SMA, Organ Intim Dilukai, 4 Artis Bersuara
• Video Detik-detik Neno Warisman Ngobrol Manja Saat Prabowo Bicara Uang Pensiun Koruptor
• 5 Fakta Terbaru Vanessa Angel Jadi Saksi Mucikari Artis, Tampil Ayu & Bersitegang dengan Jaksa
"Beberapa kali petinggi Demokrat terkesan membuat manuver kontraproduktif dengan partai politik di koalisi 02. Salah satunya soal kritik SBY terhadap kampanye akbar di GBK kemarin," ujar Analis Politik IndoStrategi Arif Nurul Imam kepada Kompas.com (jaringan SURYA.co.id), Senin (8/4/2019).
"Ini dapat dibaca, dukungan kepada Prabowo-Sandiaga masih setengah-setengah," katanya.
"Bisa jadi, ini disebabkan ada konsensus politik antara Demokrat dan koalisi yang belum tuntas," lanjutnya.
Arif mencatat, bukan kali ini saja Demokrat seolah-olah berseberangan dengan sesama anggota koalisi pendukung Prabowo-Sandiaga.
Hal itu lantaran kritik Demokrat ke koalisinya sendiri disampaikan secara terang-terangan di hadapan publik, bukan melalui jalur komunikasi internal yang pasti sepi dari kontroversi atau polemik.
Contohnya, pernyataan bahwa Demokrat tidak akan memberikan sanksi terhadap kadernya yang memilih mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin.
Contoh lain adalah ketika Andi Arief semasa menjabat Wakil Sekjen Demokrat menyebut bahwa Prabowo adalah "jenderal kardus" lantaran mau menerima Sandiaga sebagai calon wakil presidennya dan mengabaikan pengajuan Agus Harimurti Yudhoyono dari Demokrat.
Arif melanjutkan, teguran SBY terhadap model kampanye Prabowo-Sandiaga itu juga dapat dibaca sebagai manuver Demokrat untuk tetap menjaga hubungan dengan koalisi pendukung Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
"Jadi intinya lebih kepada main dua kaki. Tujuannya, agar siapa pun yang akan memenangi Pemilu 2019 ini, Demokrat akan tetap mendapatkan keuntungan secara politik," ujar Arif.
Ketiga, kritik SBY tersebut, menurut Arif, adalah cara Partai Demokrat membangun citra publik bahwa partainya berhaluan nasionalis religius.